Oleh KH Abdul Kholik
Bagi masyarakat Eks Karesidenan Banyumas barangkali sudah lupa. Jika di tlatah Kabupaten Cilacap tepatnya di Dusun Platar Desa Kesugihan Kidul Kecamatan Kesugihan pernah lahir seorang alim bahkan bisa dikatakan sebagai seorang yang bukan hanya ulama namun juga seorang pujangga.
Beliau adalah KH Badawi Hanafi, lewat karyanya yang fenomenal yakni Ngaqoid 50, Pendiri PP Al Ihya Ulumaddin Kesugihan Cilacap itu seakan membuka mata hati kita, betapa penting meluruskan niat sebelum melakukan sesuatu.
Dalam Ngaqoid 50, Syeikh Badawi Hanafi memaparkan bagaimana seorang santri saat pertama masuk ke pesantren. Santri diajak untuk belajar membuka dirinya sendiri agar meluruskan niatnya masuk ke pesantren untuk belajar ngaji.
Sehingga ikror orang tua dengan kyainya saja belumlah cukup. Meski adab seperti itu juga sangat penting. Sebab dalam bahasa keseharian orang mau menitipkan sepada atau sepada motornya ke penitipan saja tidak asal nyelonong. Namun tetap ngomong dengan baik.
Apalagi orang tua yang mau menitipkan anaknya, baik ke pesantren maupun ke sekolah. Tentu harus dengan cara yang baik. Sebab baik buruknya anak tentu juga akan berpengaruh terhadap nama baik orang tuanya.
Nah, setelah orang tua pasrah dengan kyainya. Santri kemudian diajak untuk memahami bagaimana menjadi santri. Yang diajarkan oleh KH Badawi Hanafi dalam Kitab Ngaqoid 50, santri harus meluruskan niat.
Bahwa manusia itu numpang hidup di bumi milik Allah. Sebagaimana adabnya orang yang numpang maka harus mengikuti aturan hukum yang punya. Yakni harus patuh terhadap aturannya Allah SWT yang ada di Alquran.
Selanjutnya jika santri sudah tahu bagaimana meluruskan niat. Maka santri harus dibekali dengan 50 sifat Allah dan Rosulnya. Dalam keterangnnya KH Badawi Hanafi menjelaskan jika ada 20 sifat wajib bagi Allah dan ada 20 sifat mustahilnya.
Selanjutnya ada empat sifat wajib bagi rosul dan juga ada 4 sifat mustahilnya. Selain sifat wajib dan sifat mustahil. Allah mempunyai satu sifat jaiz, demikian juga rosul juga mempunyai satu sifat jaiz. Jika dijumlah ada 50, itulah yang kemudian oleh KH Badawi Hanafi dirangkum dalam kitab Ngaqoid 50.
Salah satu ajaran yang ketauhidan yang disyairkan yakni sifat wajib bagi alhhot yang jumlahnya ada 20 antara lain : (1) wujud, (2) qidam, (3) baqo, (4) mukholafatu lil-hawaditsi, (5) qiyamuhu ta’ala binafsihi, (6) wahdaniyah, (7) qudrot, (8) irodat, (9) ‘ilmu, (10) hayat, (11) sama’, (12) bashor, (13) kalam, (14) qodiron, (15) muridan, (16) ‘aliman, (17) hayyan, (18) sami’an, (19) bashiron, (20) mutakalliman. Mustahilnya : (1) ‘adam, (2) huduts, (3) thuruwwul ‘adam, (4) mumatsalatu lil-hawaditsi, (5) al-la yakuna qoiman binafsihi, (6) al-la yakuna wahidan, (7) ‘ajzu, (8) ‘adamul irodat, (9) jahl, (10) maut, (11) shomam, (12) ‘ama, (13) bakam, (14) ‘ajizan, (15) ghoiro muridin, (16) jahilan, (17) mayyitan, (18) shomman, (19) ‘amman, (20) bakiman.
Dengan disyairkan para santri akan lebih mudah dalam mengingatnya. Sehingga santri pun bisa belajar ngaji dengan cara yang menyenangkan. Cara-cara yang ditempuh KH Badawi Hanafi inilah yang kemudian perlu dilestarikan.
Sebab konsep belajar yang menyenangkan atau dalam bahasa sekarang study fun sebenarnya sudah sejak zaman nabi. Dan para aulia dulu kemudian melestarikannya melalui kitab-kitab yang diajarkan melalui syiiran.
Karena itu ada baiknya jika kita harus belajar lebih banyak kepada para aulia seperti sembilan wali sanga dan aulia lainnya yang telah mengajarkan konsep belajar yang menyenangkan. Tidak mudah mengkafirkan orang lain.
Namun orang akan tertarik dengan sendirinya karena sikap dan teladan yang diajarkan. Sekarang saatnya syiiran-syiiran yang berisi ajaran-ajaran yang dinukilkan dari Alquran dan hadits itu menjadi cara yang menyenangkan untuk diajarkan. (*)
Pengasuh Pangajian Minggu Manis, Yayasan Baitul Muttaqin An Nur Kroya
Facebook
Twitter
Instagram
Google+
YouTube
LinkedIn