PURBALINGGA-Hipertensi dan komplikasinya merupakan penyebab kematian nomor 1 secara umum di dunia dan nomor 3 di Indonesia setelah stroke dan tuberkulosis. Di banyak negara saat ini, prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan stres psikososial.
Dokter Umum RSU Harapan Ibu Purbalingga, dr Ega Dwi Putranto mengatakan, hipertensi merupakan suatu kondisi peningkatan tekanan darah arterial yang tidak normal yang berlangsung menetap dan lama. “Seorang dewasa dikatakan hipertensi apabila mempunyai tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140 dan diastolik lebih dari sama dengan 90 (JNC VII),” tuturnya.
Dr Ega menjelaskan, obesitas merupakan salah satu fakfor risiko terjadinya hipertensi. Studi klinis dan penelitian telah mengonfirmasi adanya hubungan yang kuat antara kedua hal tersebut. Penderita obesitas memiliki risiko hipertensi 2,2 kali lebih tinggi daripada orang yang memiliki bentuk tubuh ideal.
Dengan demikian, diperlukan adanya intervensi terapi non farmakologis (tanpa obat) yang lebih awal dan lebih intensif pada pada penderita obesitas guna mencegah penyakit jantung dan komplikasi lainnya di masa yang akan datang. Intervensi yang dapat dikakukan meliputi diet rendah garam, olahraga (aerobik) teratur (30 menit/hari), pola diet tinggi sayur, buah, dan rendah lemak, menghindari kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol berlebihan, serta menurunkan berat badan sesuai index massa tubuh normal.
Obesitas diukur berdasarkan index massa tubuh (IMT) yang diukur dari rasio berat badan (kg) / tinggi badan (meter) kuadrat, nilai IMT normal adalah 18,5 – 22,9. Mencegah terjadinya hipertensi dengan mengendalikan faktor obesitas jauh lebih mudah dan murah daripada mengobati hipertensi serta komplikasinya. (*/bdg)
Facebook
Twitter
Instagram
Google+
YouTube
LinkedIn