JAKARTA – Pengurus baru PSSI mencari dukungan setelah Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) membekukan otoritas sepak bola itu. Mereka mendatangi Komisi X DPR.
Ketua Umum PSSI La Nyalla Mattalitti mengatakan, persoalan yang menjadi dasar pembekuan lembaga itu hanyalah persoalan dua klub yang diizinkan ikut dalam Indonesia Super League (ISL). Mereka adalah Arema Cronus dan Persebaya.
Dia menceritakan pemerintah sudah tiga kali melayangkan surat peringatan (SP) kepada PSSI. Namun, SP 1 sudah diberi penjelasan dua klub tersebut tidak bermasalah. ?SP 2, lanjut dia, isi surat pun masih sama. Namun, mereka tidak menggubrisnya surat itu, sehingga keluar SP2 yang menyebabkan lahirnya pembekuan PSSI itu.
Ketua Kadin Jatim itu beralasan diacuhkannya surat tersebut karena persiapan dan pelaksanaan kongres di Surabaya “Intinya, PSSI dibekukan karena tidak melibatkan Arema dan Persebaya,” adunya di ruang rapat komisi X, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (20/4).
La Nyalla menyebut, pembekuan yang dilakukan Kemenpora tak akan menghentikan kegiatan yang dilakukan PSSI. Sebab, PSSI langsung berhubungan dan mendapat persetujuan dari FIFA. ”Kami di endorse langsung FIFA,” ucapnya.
Wakil Ketua PSSI Hinca Panjaitan mengatakan akan segera mendaftarkan gugatan putusan Menpora ke PTUN. “Besok (21/4, hari ini, red) kami daftarkan di PTUN, hari ini kami siapkan,” ujarnya.
Ketua Komisi X Teuku Riefky Harsya mengatakan, ada cara mengatasi hal itu tanpa harus membekukan PSSI. Antara lain, membina atau mendukung untuk mencari solusi. Oleh karena itu, Riefky menuturkan akan segera memanggil Menpora untuk meminta penjelasan. Hal itu pun dilakukan agar permasalahan tidak berlanjut ke jalur hukum dan dapat diselesaikan secara kekeluargaan. “Kami akan kirim undangan hari ini, kita lihat langkah kedepannya dua hari ini,” ucapnya.
Sebelumnya, La Nyalla Mattalitti (LNM) mendatangi kantor Kemenpora. Namun Nyalla tidak ditemui oleh seorang pun dari perwakilan kementerian pimpinan Imam Nahrawi itu.
“Karena kami tidak ada agenda untuk bertemu dengan mereka,” kata Gatot S Dewa Broto, Deputi V Bidang Keharmonisan dan Kemitran Kementerian Pemuda dan Olahraga. Kebetulan, Imam Nahrawi juga memang tidak berada di Jakarta. Imam dikabarkan sedang berada di Palembang, Sumatera Selatan untuk menghadiri pembukaan Kejuaraan Nasional Tinju Piala Presiden.
Meski tidak ditemui oleh siapapun, La Nyalla tetap masuk di gedung Kemenpora. Bahkan, dia dengan percaya diri menyampaikan konfrensi pers di media center Kemenpora. “Saya sekali lagi menegaskan bahwa Menpora sudah merasa membekukan PSSI dan kami pun sudah membaca suratnya. Tapi, kami ingin mendapat penjelasan langsung dari Pak Menteri,” kata La Nyalla.
Menurut dia, kedatangan mereka ke Kemenpora untuk menjelaskan langsung kepada Menpora terkait masalah yang sebenarnya terjadi di PSSI. “Sekaligus meminta saran dari Pak Menteri, kalau memang beliau ingin memberi saran demi masa depan sepak bola Indonesia,” ujar pria asal Makassar yang besar di Surabaya itu.
Karena memang tidak diterima di pihak Kemenpora, La Nyalla lantas berkunjung ke Kantor KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia). Di sana, Nyalla yang didampingi oleh Wakil Ketua PSSI Hinca Panjaitan dan anggota Executif Committee PSSI Gusti Randa, Jamal Aziz dan Tony Apriliani langsung diterima oleh Tono Suratman, Ketua Umum KONI.
“Kami akan memediasikan masalah ini dengan pihak Kemenpora, biar problem PSSI ini tidak berlarut-larut,” ujar Tono.
“Intinya, sebagai induk organisasi dari semua cabang olahraga, kami tentunya juga akan melindungi anggota kami, termasuk PSSI. Paling satu atau dua hari kami akan melakukan pertemuan dengan pihak Kemenpora untuk” membahas masalah ini,” tegasnya.
Meski begitu, Tono juga memberikan masukan ke kepengurusan PSSI yang baru untuk tidak arogan dalam menjalankan organisasi tertinggi sepak bola tanah air itu. “Karena PSSI bukan milik satu kelompok saja, tapi harus menjadi kehormatan bangsa,” ujar Tono. Memang, selama ini PSSI selalu berlindung dibalik statuta FIFA sehingga tidak bisa diintervensi oleh siapapun.
Senada dengan Tono, Rita Subowo, Ketua Umum KOI (Komite Olimpiade Indonesia) yang turut menerima rombongan La Nyalla tersebut juga memberikan pendapat yang sama.
“PSSI juga harus introspeksi diri juga dong, mengapa pemerintah harus membekukan mereka. Intinya, kami sebenarnya juga mendukung kebijakan pemerintah, tapi kami juga tidak ingin olahraga tanah air terus bermasalah,” timpalnya.
Nah, terkait upaya mediasi yang akan dilakukan oleh KONI tersebut, Gatot menanggapinya dengan dingin. Menurut dia, kesempatan untuk melakukan mediasi sudah tertutup.
“Mau mediasi apa lagi, toh surat SP-1, SP-2 dan SP-3 dari Kemenpora tidak mereka tanggapi. Sekarang baru mau minta mediasi,” ujar Gatot.
Sementara itu, rencana Kemenpora untuk mengumumkan nama-nama Tim Transisi PSSI, kemarin (20/4) tidak terealisasi. Posisi Menpora Imam Nahrawi yang tidak berada di Jakarta adalah salah satu alasan nama-nama tersebut belum bisa diumumkan. Imam saat ini sedang berada di Palembang, Sumatera Selatan.
Walhasil, rapat yang mempertemukan perwakilan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) dan Tim Sembilan itu hanya menyusun prosedur tetap Tim Transisi. “Jadi untuk sementara kami masih membahas kerangka tim transisi yang nanti dibentuk itu seperti apa, juga tugas dan kerja tim transisi bagaimana,” kata Gatot S Dewa Broto, salah satu anggota Tim Sembilan, tadi malam.
Sayang, Gatot masih menutup rapat siapa saja orang-orang yang akan masuk dalam tim transisi tersebut. Tentang sejumlah nama yang lebih dulu bocor ke media (Jawa Pos edisi kemarin) Gatot menyatakan bahwa nama-nama tersebut masih sebatas isu. “Belum, kami belum bisa umumkan.” Karena nama-nama harus diserahkan dulu ke Menpora,” ujarnya.
Meski begitu, Gatot menyatakan bahwa, orang-orang yang masuk dalam tim transisi nanti adalah mereka yang tidak memiliki beban masa lalu. Sebab, dengan begitu Gatot berharap tim transisi tersebut tidak mudah diserang dari luar. “Intinya siapa saja yang duduk di tim transisi nanti harus benar-benar bersih,” tegas Gatot.
Seperti diketahui, ada sejumlah nama yang difavoritkan masuk dalam tim transisi tersebut. Di antaranya adalah, Letjen TNI (Pur) Suaidi Marasabessy (mantan Kasum TNI AD), Jenderal (Pur) Endiarto Sutarto (Mantan Panglima TNI), Marsekal Chappy Hakim yang pernah menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Oegroseno (Mantan Wakapolri), dan Bupati Kutai Barat Isran Noor.
Selain mereka, ada juga nama Erwin Aksa Chief Executive Oficer (CEO) Bosowa Grup, E.E Mangindaan (Mantan Menteri Perhubungan), Sosiolog Imam Prasodjo, dan Gatot S Dewa Broto yang juga menjadi Tim Sembilan bentukan Menpora Imam Nahrawi diperkirakan kuat juga masuk dalam tim transisi itu. (dik/ko/sus)
Facebook
Twitter
Instagram
Google+
YouTube
LinkedIn