PELESTARI EBLEG : Ketua Forum Ebleg Kebumen Aji Ki Gede Slamet Sodirin (kanan) dan Pendiri Paguyuban Pecinta Kuda Lumping Kebumen Ki Wardi (kiri).IMAM/EKSPRES
KEBUMEN – Forum Ebleg Kebumen Aji (EKA) merencanakan adanya standarisasi tarif nanggap ebleg (Kuda Lumping). Selama ini honor yang diterima personel grup ebleg tergolong kecil. Sekali manggung, mendapat honor sekitar Rp 45 ribu hingga Rp 75 ribu.
Ketua EKA Kebumen Ki Gede Slamet Sodirin mengatakan, jika tidak ada standarisasi tarif, ada kemungkinan banyak yang enggan menjadi pemain kuda lumping. Akibatnya, kesenian ebleg akan semakin terpuruk.
“Selama ini masih baik-baik saja, namun jika banyak yang tidak mau ngguri-uri bisa jadi suatu nanti akan hilang,” tuturnya.
Ki Slamet menuturkan, ubo rampe dalam tanggapan ebleg tidak sedikit. Selain itu personel yang terlibat sampai 30 orang. Pembuatan sesaji dan perawatan peralatan termasuk gending dan lainnya juga memerlukan biaya.
“Kami berharap ada standarisasi tampil di tingkat desa, kecamatan, kabupaten, maupun di luar kabupaten. Ini akan digagas oleh Forum EKA yang dibentuk 1 Februari 2018,” katanya.
Ki Slamet menyampaikan sesaji saat penyelenggaraan ebleg sangat bervariasi. Setiap grup ebleg mempunyai ciri khas sendiri-sendiri. Beberapa diantaranya meliputi ayam panggang, kinang, pisang lengkap Ambon, Raja dan Longok. Selain itu terdapat pula gula batu, kembang tujuh rupa, dupa, kemenyan, dan kepala muda lain sebagainya. “Semua itu memerlukan biaya. Belum lagi jika ada aksesori lainnya,” jelasnya.
Ki Slamet menyampaikan saat ini terdapat 200 grup ebleg di Kebumen yang telah tergabung dalam Forum EKA.
Sementara itu Pendiri Paguyuban Pecinta Kuda Lumping Kebumen (PPLK) Ki Wardi menyampaikan, selama ini pencinta kuda lumping di Kebumen sangat banyak. Di media sosial anggota PPLK mencapai 29 ribu orang. Ini dapat menjadi indikasi jika kesenian kuda lumping masih sangat diminati. “Untuk itu upaya pelestarian harus terus dilaksanakan,” ucapnya. (mam)
Facebook
Twitter
Instagram
Google+
YouTube
LinkedIn