CEK BALITA: Kepala Dinas Sosial dan PPKB Dwi Budi Satrio, mengecek langsung kondisi balita mengalami hydrocephalus sejak lahir di Desa Pengempon Kecamatan Sruweng.sudarno ahmad/ekspres
Operasi Bypass, Harus Kontrol Rutin
KEBUMEN – Muhammad Nur Ali (3), warga Dukuh Karangjengkol Desa Pengempon, Kecamatan Sruweng, menderita idrosefalus. Dia menderita penyakit tersebut sejak lahir hingga saat ini. Kepalanya kian hari makin membesar.
Anak pertama pasangan Muamin dan Sa’adah ini, terlihat ceria dan tidak rewel. Namun demikian dia hanya bisa terbaring lemah. Beberapa kali dia tampak berusaha untuk tengkurap tetapi selalu gagal karena keberatan kepala.
Sa’adah,menceritakan, sejak lahir anaknya sudah ada gejala pembesaran kepala. Selama ini, aktivitas Nur sepanjang hari hanya sebatas tiduran. Hal ini lantaran Nur tidak betah digendong karena sakit lehernya untuk menyangga kepalanya yang membesar.
Meski begitu, Moh Nur tetap bisa selalu senyum dan tawa. “Kami cuma bisa merawat, mencukupi kesehariannya, gitu saja,” ujarnya. Muhammad Nur Ali pernah menjalani operasi di sebuah rumah sakit di Purwokerto.
Namun setelah itu, Sa’adah dan suami tidak pernah lagi memeriksakan anaknya kembali, sehingga kepala anaknya pun kian membesar.
Kepala Dinas Sosial Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinas Sosial PPKB) Kebumen, dr Budi Satrio mengatakan, operasi yang dilakukan terhadap balita tersebut merupakan operasi by pass.
“Untuk untuk mengurangi pengumpulan cairan otak yang berlebihan di dalam tengkorak dengan memasang selang khusus untuk dialirkan ke dalam rongga perut,” kata Budi Satrio, saat berkunjung ke rumah penderita hidrosefalus tersebut, Sabtu (14/10).
Menurutnya, selang tersebut perlu diganti seiring pertumbuhan agar sesuai dengan fisik yang makin besar. Pada umumnya, kata dia, sampai dengan umur 10 tahun diperkirakan sebanyak dua kali prosedur pemasangan slang by pass.
“Alhamdulillah operasi pembuatan by pass sudah terlaksana dengan baik. Tetapi karena merasa tidak pernah ada keluhan, anaknya juga tenang tetap ceria sehingga tidak pernah kontrol lagi selama dua tahun ini,”jelasnya.
Dia mengaku prihatin mendengar balita itu tidak pernah dibawa kontrol maupun dikunjungi tenaga medis. Semestinya dikontrol, sehingga resiko kekurangan gizi dan infeksi bisa dihindarkan.
“Kami Dinsos PPKB masih menawarkan ambulan gratis jika diperlukan untuk kontrol ke Purwokerto. Walaupun semestinya ambulan Puskesmas atau rumah sakit, karena kami tidak memiliki tenaga medis,” ujarnya.
Meski agak sungkan ketika diminta menjelaskan tentang penyakit Moh Nur, Budi Satrio, membeberkan penyakit yang diderita balita tersebut diduga hidrosefalus jenis kongenital (sejak lahir) dan infeksi (Toxoplasma). Beruntung adiknya yang masih berusia satu tahun lahir sehat.
Dia mengungkapkan, ada lima jenis penyebab penyakit hidrosefaluas, yaitu kongenital, infeksi, trauma, neoplasma/tumor dan degenerasi. “Kami datang berkunjung karena ada laporan dari warga,” kata dia.
Dia menambahkan, pada waktu bersamaan dirinya mengunjungi tiga masalah terkait dengan kesehatan. Setiap ada laporan warga dia selalu meminta fotokopi KTP dan KK terlebih dahulu.
“Ternyata ketiganya merupakan keluarga miskin. Karena keluarga miskin saya hadir untuk mereka, dan betul merupakan masalah kesehatan dan kemiskinan,” imbuhnya. (ori)
Facebook
Twitter
Instagram
Google+
YouTube
LinkedIn