DIKEBUT: Pembangunan di bandara JBS sedang dikebut, terlihat beberapa bagian sudah selesai seperti runway. ISTIMEWA
PURBALINGGA – Hingga 11 Januari, pembangunan Bandara Jenderal Besar Soedirman (JBS) Soedirman sudah mencapai 83,84 persen. Direncanakan pada lebaran tahun ini, bandara sudah dioperasikan.
“Saat ini yang mendesak untuk dibangun, ruang tunggu sementara,” tutur Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon MM usai mengikuti rapat percepatan pembangunan Bandara JBS melalui daring, Senin (18/1).
Rapat daring dihadiri Menteri Perhubungan (Menhub) Budhi Karya Sumadi, Direktur Utama PT Angkasa Pura (AP) II M Awaluddin, Dirjen Perhubungan Darat (Dirjen Hubdar) Budi Setyadi, Dirjen Perhubungan Udara (Dirjen Hubud) Agus Santoso.
Sedangkan Tiwi didampingi Asisten II Sekda Agus Winarno, Kepala Bradan Perencanaan Penelitian dan Pembangunan Daerah (Bappelitbangda) dan Kepala Dinas Perhubungan (Dinhub) Yani Sutrisno.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II dalam Video Conference bersama Bupati Purbalingga, Menteri Perhubungan, Dirjen Perhubungan Darat dan Dirjen Perhubungan Udara mengatakan, progres kumulatif pembangunan Bandara JBS sesuai rencana kontrak seharusnya sudah 99,5001 persen. Sehingga deviasi progress sesuai master schedule -15,6652 persen.
Ia merinci untuk Sisi Udara, pekerjaan fisik Runway 30 x 1.600 meter telah selesai 100 persen. Demikian pula dengan pekerjaan fisik Apron dan Taxiway juga selesai 100 persen.
Sementara pekerjaan fisik untuk jalan akses Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) baru 43,19 persen. “Sesuai dengan Timeline penyelesaian pekerjaan, dibutuhkan waktu hingga Maret 2021 untuk bisa selesai,” katanya.
Ditambahkan, ada beberapa kendala yang dihadapi dalam penyelesaian bandara. Diantaranya obstacle tiang listrik, keberadaan monumen pesawat dalam pembangunan saluran runway strip sisi utara, butuh perkuatan struktur pada ujung runway TH.28 pada tebing Sungai Serayu demi menjaga stabilitas tanah, kondisi saluran area TH.10 yang membutuhkan pemeliharaan dan curah hujan yang relatif tinggi.
“Curah hujan yang relatif tinggi menyebabkan beberapa pekerjaan terganggu. Seperti pekerjaan infrastruktur, pekerjaan cut and fill, pekerjaan drainase dan pekerjaan elektrikal sisi udara,” ungkapnya. (amr)
Facebook
Twitter
Instagram
Google+
YouTube
LinkedIn