SEMANGAT: Sartimah (70) mengisi waktu luangnya dengan ngantih (mengubah kapas menjadi benang) di rumahnya di Desa Tumanggal. DIMAS PRABOWO/RADARMAS
Siapa yang tak mengenal kerajinan benang antih dan dibuat kain tenun dari Desa Tumanggal, Kecamatan Pengadegan. Kerajinan turun-temurun ini masih bertahan hingga kini. Bahkan ditengah hantaman pandemi Covid-19 dan minimnya regenerasi, perajin masih tetap eksis. Bahkan setiap tahun mampu ekspor ke Amerika hingga ratusan pieces (lembar).
AMARULLAH NURCAHYO, Purbalingga
Produksi benang antih dan kain tenun dari Desa Tumanggal, tidak bisa diremehkan. Kain tenun Tumanggal ini tidak hanya dikenal oleh warga Purbalingga, namun sudah dijual sampai ke luar kota. Salah satunya Bali sebagai pasar utama.
Saat didatangi, saat ini masih banyak lansia yang tetap menekuni mengantih benang dari kapas. Mereka berada di rumah-rumah dengan tekun mengantih dan menggulung menjadi semua kumpulan dan ditenun menjadi selembar kain.
Salah satu perajin pintal benang, Sartimah (70) terlihat meluruskan kaki, meletakkan kaki kiri di atas kaki kanannya.
Mendapatkan posisi duduk paling nyaman, karena akan berjam-jam duduk. Semangatnya menjadi modal utama sebagai salah satu diantara puluhan warga Tumanggal yang masih mempertahankan tradisi ngantih.
Proses memintal kapuk atau kapas menjadi benang dengan alat tradisional, Jantra.
Tangan kanannya memegang bagian jantra. Lalu tangan kirinya memegang lipatan kapuk. Tatapan matanya bergerak dari ujung benang di Jantra menuju kapas yang ada ditangannya.
Laman Berikutnya: 1 2
Facebook
Twitter
Instagram
Google+
YouTube
LinkedIn