DALIAN – Lima tahun terakhir, publik sepakbola Eropa mulai khawatir dengan klub-klub Cina. Kekuatan finansial para taipan tirai bambu, membuat sejumlah para pemain bintangnya mulai tergiur merapat ke sana. Pada musim 2016-2017, Ramires dan Alex Texeira dibeli Rp1,2 triliun oleh tim Liga Super China (CSL) Jiangsu Suning.
Bukan hanya pemain, tapi juga manajer top Eropa. Juli lalu, salah satu Klub CSL lainnya, Dalian Yifeng merekrut manajer Newcastle Unitef, Rafael Benitez. Klub yang dimiliki bos Wanda Group Wang Jianlin berani membayar jasanya GBP 12 juta atau Rp214 miliar pertahun
Gaji tersebut membuat pelatih berusia 59 tahun menduduki posisi ketiga manajer termahal di dunia setelah Pep Guardiola (GBP 20 juta) Diego Simione (GBP 17 juta). Kehadiran Benitez makin mengukuhkan kekuatan Cina di panggung sepak bola internasional.
Dilansir Dailymail, Benitez membuka semua kemewahannya yang didapat bersama Dalian Yifang. Sebuah apartemen mewah dengan arsitektur Eropa abad kolonial dibuatkan Wanda Group khusus untuknya.
Interior hotel dibuat sama persis dengan isi Istana Versailles, Perancis Tangga kembar megah menjadi gerbang menuju aula pintu masuk. Tangga besar itu dihiasi dengan lampu gantung besar dan atap kaca berukir. Semuanya disepuh dengan dekorasi rapi di lobi apartemen yang luas. “Saya seperti manajer Inggris di awal abad kolonial,” kata pelatih berpaspor Spanyol tersebut
Apartemen itu bak istana Kerajaan Inggris abad ke-19. Di sana sini, arsitektur Romawi dan Yunani terukir di setiap dinding ruangan tersebut.
Benitez memahami ada pertanyaan dari luar sana yang mengatakan ia akan hidup pas-pasan di negeri seberang. Namun, kenyataannya lain. “Anda tidak dapat menyangkal ini adalah investasi besar. Saya hidup dalam kemewahan, ini cara (Dalian) menghargai kami,” kata Benitez. “Maksudnya hal yang bodoh jika menyangkal bahwa uang bukanlah faktor. Gaji dan semua fasilitas ini harus dibayar dengan prestasi tentunya,” tambahnya.
Sebelum ke Dalian, Benitez mengaku mendapat tawaran dari Arab Saudi, Turki, Uni Emirat Arab, dan klub lain di Cina. Namun, ia lebih memilih ke sini.
“Posisi ini sama beratnya ketika saya harus merapat ke Liverpool setelah dari Valencia. Di sini mereka berbicara tentang impian lima tahun, sebuah proyek, membangun sesuatu,” ujarnya.
Ia mengatakan, Dalian lebih baik dari kota-kota Eropa yang ia jelajahi. Semua jalanan di kota ini enam jalur, jembatan gantung sepanjanh satu mil melewati teluk, dan barisan gedung pencakar langit.
Proyek-proyek konstruksi di sini berlanjut sepanjang malam, tak terkecuali mega konstruksi Dalian Yifang Sport Centre senilai GBP 230 juta. Di kompleks ini, mereka memiliki 23 lapangan dan semuanya meniru milik Akademu Real Madrid.
Dalian Yifang, yang baru saja promosi ke Liga Super sejak dua musim lalu. Mereka tengah menunggu hasil cetak biru Benitez ke dalan klub.
Klub juga memperkerjakan 10 pelatih elit asal Spanyil khusus mengajar pemain U-12 Dalian Yifang. Mereka disiapkan untuk generasi emas sepabola Tiongkok.
‘Sepak bola itu seperti belajar bahasa,’ kata Darko Matic, direktur olahraga asal Kroasia yang telah bermain di Cina sejak 2007 silam. “Jika Anda mempelajarinya sebelum usia 12, Anda akan berbicara tanpa aksen seperti penduduk asli,” tamvahnya.
Wanda Group berinvestasi untuk generasi sepakbola di Dalian. Mereka telah membangun tempat pelatihan, akademi, fasilitas medis. Benitez pun diminta masukan untuk semua itu. Dan Benitez, sangat terobsesi akan hal itu.
“Dia tidak memberi kesan seorang pria yang memilih pensiun dari kerasnya Liga Eropa dan hanya mendapat gaji di sinim Dia meminta sesuatu dan Daluan mewujudkannya, terlepas dari masalah birokrasi yang berbelit-belit,” ujar Matic
Sang pemilik Wanda Group adalah konglomerat konstruksi terbesar di Tiongkok. Ia adalah raja real estat dan hiburan dengan aset senilai GBP 27 miliar. Setelah menjual 17 persen sahamnya di Atletico Madrid, Wanda mengalihkan energi mereka kampungnya sendiri, bersama Dalian Yifang.(fin/tgr)
Facebook
Twitter
Instagram
Google+
YouTube
LinkedIn