• Fokus Utama
    • Purwokerto
    • Banyumas
    • Purbalingga
    • Banjarnegara
    • Cilacap
    • Kebumen
  • Berita Umum
    • Internasional
    • Nasional
    • Jawa Tengah
    • Pendidikan
    • Tekno
  • Olahraga
    • Sepakbola
    • MotoGP
    • Formula 1
    • Gowes
  • Insiden
  • Features
    • Expresi
    • Komunitas
    • Metrobis
    • Fotomotif
    • KampusKita
    • Visite
    • Wanita
  • Lintas Serba Serbi
  • Intermezo
  • Mblaketaket
  • Catatan Dahlan Iskan
  • Catatan Azrul Ananda

RADAR Banyumas - Situs Berita Online Terbesar di BARLINGMASCAKEB

  • Fokus Utama
    • Lupa Matikan Kompor, Rumah di Sokaraja Kulon Terbakar
    • Tipiring PGOT Harus Ada Target
    • Organda: Kesadaran ke Plat Kuning Rendah
    • DPRD Kebumen Setujui Raperda Lambang Daerah
    • Benda Mirip Granat Diduga Peninggalan Perang
    • Purwokerto
    • Banyumas
    • Purbalingga
    • Banjarnegara
    • Cilacap
    • Kebumen
  • Berita
    • Seorang Wanita Diduga Terkena Peluru Nyasar
    • Literasi Keuangan dan Perlindungan Konsumen dalam Implementasi Sektor Jasa Keuangan Miliki Peran Penting
    • Presiden Instruksikan Polri Bertindak Humanis
    • Presiden Minta Koperasi Bangun Pabrik Minyak Makan Merah
    • Viral! Pria Diduga Melakukan Pelecehan di Angkot
    • Internasional
    • Nasional
    • Jawa Tengah
    • Pendidikan
    • Tekno
  • Olahraga
    • Anthony Ginting Menang Dramatis Atas Wakil Jepang
    • Premier League Tanpa Rumah Judi Tiga Musim Lagi
    • Ibrahimovic Perpanjang Kontrak Ditengah Cedera
    • Srikandi Merah Putih Hajar Korsel
    • Lokasi Training Camp Timnas Indonesia di UPI Bandung, Ini Kata Menpora Amali
    • Sepakbola
    • MotoGP
    • Formula 1
    • Bulutangkis
    • Gowes
  • Insiden
    • Seorang Wanita Diduga Terkena Peluru Nyasar
    • Benda Mirip Granat Ditemukan di Kutasari Baturraden, Ini Kesaksian Warga Yang Menemukan
    • Pria Mengamuk di Kaligondang Purbalingga Diamankan Polisi dan TNI
    • Viral! Pria Diduga Melakukan Pelecehan di Angkot
    • Duh, Oknum Anggota TNI Ditangkap Lantaran Pasok Amunisi ke KKB
  • Features
    • Melihat Peguyuban Ketua RT Purbalingga, Bikin Program Ronda Ambil Minyak Jelantah Warga, Dihargai Rp 4.000 Per Liter, Diekspor Jadi Bahan Bio Diesel
    • PIB UNSOED Wujudkan Jejaring Lembaga Inkubator Perguruan Tinggi
    • Khutbah Muhammadiyah Saat Idul Adha: Keutamaan Kurban bagi Orang Beriman
    • Mengapa Gus Dur Dulu Suka Pakai Batik dan Kopiah? Simak Penjelasan Gus Mus Tentang Alasannya
    • Melihat Petugas Ukur Curah Hujan di Daerah Irigasi Bendung Kali Jering, Selanegara, Sumpiuh
  • Intermezo
    • Fauzi Baadila Akui Hanya Sebagai Duta ACT
    • Thor 4 Dirilis, Berkisah Cinta dan Halilintar yang Kurang Menggelegar
    • Pevita Pearce Segera Muncul Sebagai Sri Asih
    • Glenn Fredly Dianugerahi Jazz Gunung Bromo Award
    • Selamat Jalan Bob Tutupoly
  • Lintas Serba Serbi
    • Kebocoran Gas CO2 Bikin Asap Seperti Awan di Atas Jalan di Tangerang, Labfor Polri Usut Tuntas
    • Pedagang Bakso Gugat Pemkab Magelang Rp 5 M, Ini Kasusnya
    • Lucu, Ridwan Kamil Kenakan Helm Proyek Bertuliskan “Gubernur Wakanda”, Ini Artinya
    • Viral dan Aneh, Helm Hilang Ditukar Rongsokan Mesin Cuci di Purwokerto, Begini Ceritanya
    • Hubungan Asmara Kurang Sehat, Begini 3 Tips Biar Harmonis dan Lengket Romantis
  • More
    • Lintas Serba Serbi
    • Features
    • Intermezo
    • KampusKita
    • Mblaketaket
    • Catatan Dahlan Iskan
    • Catatan Azrul Ananda
  • Facebook

  • Twitter

  • Instagram

  • Google+

  • YouTube

  • LinkedIn

  • 12 Shares

PKB Daun Salam

Catatan Dahlan Iskan
Kamis, 19 Mei 2022
Catatan Dahlan Iskan
Kamis, 19 Mei 2022


TERBIT lagi kaus oblong seri kedua: “NU Kultural Wajib Ber-PKB, NU Struktural Sakkarepmu.”

Yang memproduksi sama: Kiai ”kaos oblong” Imam Jazuli. Ia kiai besar dari Cirebon. Pengasuh pondok pesantren Bina Insan Mulia (Bima) yang terkenal itu. Yang kalau menerima tamu hampir selalu pakai kaus oblong putih. Digandengkan dengan bawahan sarung.

Kiai Jazuli tentu NU. Ia lulusan pesantren ”bintang sembilan” Lirboyo Kediri. Ia meraih gelar doktor di Al-Azhar, Kairo, Mesir. Waktu kuliah di sana Kiai Jazuli mendirikan PDI-Perjuangan. Cabang Mesir. Ia jadi ketuanya.

Baca juga:

Kini Kiai Jazuli menjadi tokoh utama untuk membesarkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Logikanya: warga NU itu berjumlah 90 juta. “Masak partai NU kalah besar dari PKS. Malu-maluin NU saja,” begitu ia sering mengatakan.

Kaus edisi kedua ini lebih menohok. Ada unsur menyerang tapi juga penuh kepasrahan. Terutama tetap khas NU: santai dan humoris. Di oblong edisi pertama hanya ditulis “Warga NU Wajib Ber-PKB”. Di edisi kedua, ”warga NU” itu ia bagi dua: NU yang kultural dan NU yang struktural.

Oblong kali ini lebih merangkul ke NU yang kultural. Yang jumlahnya lebih besar. Yang disasar adalah NU struktural. Yang jumlahnya dinilai hanya 5 persen dari yang kultural.

Apakah intensitas Kiai Jazuli menjadi ”panglima perang” PKB ini tidak akan merugikan reputasi pesantren yang ia pimpin?

“Saya ikhlas. Saya tidak takut. Terserah pada Allah. Saya terima segala risikonya,” ujarnya.

Saya meneleponnya dua hari lalu. Semula ingin minta kaus itu. Tapi kok minta-minta. Kan bisa mencetak sendiri. Toh tidak akan digugat melanggar hak paten.

“Insya Allah tidak sampai berpengaruh ke pesantren saya,” ujar Kiai Jazuli. “Yang penting PKB harus kuat. Harus bisa menjadi partai tiga terbesar,” ujarnya. “Dengan demikian bisa mengusung calon presidennya sendiri. Bukan hanya melulu menunggu dilamar untuk jabatan wapres,” tambahnya.

Pesantren Bima memang sudah besar. Bermutu tinggi. Orientasinya: lulusan Bima harus bisa diterima di universitas di luar negeri.

Tidak mudah bisa masuk pesantren Bima. “Sekarang sudah harus inden dua tahun,” kata Kiai Jazuli. Berarti sejak masih kelas 1 SMP (akhir) sudah harus membayar untuk bisa mendaftar masuk SMA Bima.
Tahun lalu sebanyak 86 lulusan Bima diterima di Al-Azhar.

Dari tahun ke tahun jumlah itu terus meningkat. Kini, di pesantren itu, didirikan pula kelas VIP. Yang ruang kelasnya ber-AC, gotakan (kamar tidur)-nya juga ber-AC. Ada fasilitas kolam renang. Ada acara nonton bioskop bersama.

Kenapa begitu getol membesarkan PKB?

“Saya tidak mau kita yang mayoritas ini hanya jadi daun salam. Setelah disesap rasanya, dibuang daunnya,” katanya.

“Jadi, siapa pun yang berusaha menggembosi PKB harus dilawan,” tegasnya. “Pada dasarnya mereka itu ingin merusak kekuatan politik NU,” tambahnya.

Bunyi kalimat di kaus itu adalah salah satu bentuk perlawanan itu. Bunyi lengkapnya: Warga NU kultural wajib ber PKB. Warga NU Struktural Sakkarepmu.

Kata ”Sakkarepmu” berarti ”suka-suka kamu”. Bisa juga berarti ”tidak saya pedulikan”. Atau juga ”toh sikapmu itu tidak akan didengar”.

Yang dimaksud semua itu adalah: NU struktural. Maksudnya: Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Yang punya ketua umum baru: KH Yahya C. Staquf. Yang punya kebijakan baru: pengurus NU tidak boleh merangkap di PKB.

Tafsirnya: NU harus netral terhadap semua partai. Tidak ada ikatan lagi dengan PKB.

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas adalah adik sang ketua umum. Sang adik adalah juga Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor. Yakni sayap pemuda yang sangat penting di NU selain Muslimat (sayap perempuan di NU).
Sang adik juga punya kebijakan: Ansor/Banser harus mendukung Erick Thohir sebagai capres mendatang. Erick sudah dilantik menjadi anggota Ansor. Bahkan sudah lulus menjalani ujian fisik sebagai anggota Banser. “Ansor dan Banser harus tegak lurus. Apa kata pusat harus diterima sama sampai di daerah-daerah dan di semua anggota,” tegasnya di acara ulang tahun Ansor bulan lalu.

Kata ”Sakkarepmu” itu ternyata ada asbabun nuzul-nya. Di masa-masa nan lalu sikap PBNU memang dinilai tidak tecermin di hasil Pemilu. Ketika PBNU bersikap mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, NU kultural memenangkan Jokowi. Di Pemilu berikutnya sikap PBNU dan NU kultural sama: Jokowi menang luar biasa besar.

Boleh dikata, Kiai Jazuli berpendapat PKB jangan memusingkan sikap PBNU. Yang penting bisa merangkul NU kultural.

Apakah Kiai Jazuli akan jadi pengurus atau calon anggota DPR dari PKB?

“Sama sekali tidak. Saya tidak mungkin cawe-cawe di politik, apalagi jadi caleg,” jawabnya. “Saya akan istikamah fokus ngurus pesantren. Impian saya hanya satu: cetak kader/politikus hebat sebanyak mungkin,” tambahnya.

Pesantren Bina Insan Mulia memang unik. Terutama kurikulumnya. Di tiap semester hanya mengajarkan tiga mata pelajaran. Membaca Quran, matematika, dan fisika. Lalu menghafal Quran, matematika, fisika. Bahasa Arab (gaya Al-Azhar), matematika, fisika. Bahasa Inggris, matematika, fisika. Lalu ada semester khusus menghadapi ujian nasional. Satu semester lagi khusus menyiapkan diri masuk perguruan tinggi di luar negeri.

“Saya bagian menyiapkan kader bangsa saja. Lewat Bina Insan Mulia ini,” katanya. “Saya akan dorong santri NU di mana saja untuk jadi caleg. Bagi yang sangat potensial, justru akan saya bantu sampai finansialnya,” ujar Kiai Jazuli.

Kiai Jazuli sudah melakukan itu di Pemilu yang lalu. “Akan lebih serius di Pemilu yang akan datang,” katanya.

Kiai Jazuli tidak suka warga NU hanya jadi pendorong mobil mogok. Di setiap pemilu.

Dan kini kiai Jazuli sendiri yang tidak ingin partai warga NU ini menjadi mobil mogok. (*)


Baca Juga: Reputasi Segalanya Tahun Duka Bukti Cinta Ilham Indosat
Scroll for more
Tap

  • Populer

  • Terkini

  • Topik

  • Pamit Ngantar Laundry, Istri Belum Pulang, Juni Setiawan Berharap Istri Segera Pulang Biar Ada Kejelasan
    Banyumas
    Senin, 4 Juli 2022 - 13:28
  • Waduh, Mantan Kades Rudapaksa Gadis Dibawah Umur
    Insiden
    Sabtu, 2 Juli 2022 - 22:31
  • Ada Pesan Menyentuh di Secarik Kertas Pada Jasad Bayi Ditemukan Dalam Kardus di Cilacap
    Cilacap
    Senin, 4 Juli 2022 - 09:07
  • Ban Meledak, Tiga Mobil dan Truk Kecelakaan di Karangrau Banyumas
    Banyumas
    Senin, 4 Juli 2022 - 16:46
  • Cari Keberadaan Istri Lewat Sosmed, Juni Setiawan Akui Belum Lapor Polisi, Ini Alasannya
    Banyumas
    Senin, 4 Juli 2022 - 13:35
  • Lupa Matikan Kompor, Rumah di Sokaraja Kulon Terbakar
    Fokus Utama
    Kamis, 7 Juli 2022 - 21:01
  • Tipiring PGOT Harus Ada Target
    Purwokerto
    Kamis, 7 Juli 2022 - 20:03
  • Organda: Kesadaran ke Plat Kuning Rendah
    Purbalingga
    Kamis, 7 Juli 2022 - 19:03
  • Seorang Wanita Diduga Terkena Peluru Nyasar
    Insiden
    Kamis, 7 Juli 2022 - 18:51
  • Fauzi Baadila Akui Hanya Sebagai Duta ACT
    Intermezo
    Kamis, 7 Juli 2022 - 18:41
    • Index Berita
    • Airlangga Hartarto
    • Kebakaran
    • Presiden Jokowi
    • DPRD Banyumas
    • Baturraden
    • Selebriti
    • Sokaraja
    • TNI
    • Film
Catatan Dahlan Iskan
  • Nego Bangkrut
    Kamis, 7 Juli 2022 - 10:21
  • Siaran Omni
    Selasa, 5 Juli 2022 - 06:05
  • Ritme Putin
    Senin, 4 Juli 2022 - 10:51
  • Mendung Tebal
    Sabtu, 2 Juli 2022 - 10:39
Catatan Azrul Ananda
  • Review The Last Dance: Cari Calo Nonton Bulls
    Rabu, 22 April 2020 - 15:23
  • Bumi Bersih-Bersih
    Rabu, 15 April 2020 - 15:16
  • Masa Depan Jabat Tangan
    Jumat, 3 April 2020 - 10:25
  • Menunda Hepi, Melawan Boring
    Rabu, 25 Maret 2020 - 04:32
Info Radarbanyumas
  • LOWONGAN : Pegawai
    Senin, 27 Juni 2022 - 16:34
  • LOWONGAN : Marketing
    Senin, 27 Juni 2022 - 16:31
  • LOWONGAN : Terapis Kecantikan & Customer Service
    Senin, 27 Juni 2022 - 16:29
  • BIRO JODOH : Pensiunan PNS Dambakan Istri
    Senin, 27 Juni 2022 - 16:26
RADAR Banyumas

Surat kabar harian terbesar di Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap & Kebumen). Berkantor pusat di Kota Purwokerto.

Harian Radar Banyumas pertama kali terbit tahun 1998. Mulai Tahun 2016 Mulai merambah media online dan menjadi media terbesar dan terpercaya di area Barlingmascakeb.

Berlangganan

Masukkan alamat email Anda untuk berlangganan Radar Banyumas edisi online dan menerima pemberitahuan mengenai berita-berita terbaru dari Koran Radar Banyumas Online setiap harinya melalui email.

Radar Banyumas Online

  • Redaksi
  • Layanan Iklan & Berlangganan Koran
  • Privacy Policy
  • Terms of Services
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2016-2021 Radar Banyumas Network.