• Fokus Utama
    • Purwokerto
    • Banyumas
    • Purbalingga
    • Banjarnegara
    • Cilacap
    • Kebumen
  • Berita Umum
    • Internasional
    • Nasional
    • Jawa Tengah
    • Pendidikan
    • Tekno
  • Olahraga
    • Sepakbola
    • MotoGP
    • Formula 1
    • Gowes
  • Insiden
  • Features
    • Expresi
    • Komunitas
    • Metrobis
    • Fotomotif
    • KampusKita
    • Visite
    • Wanita
  • Lintas Serba-serbi
  • Intermezo
  • Mblaketaket
  • Catatan Dahlan Iskan
  • Catatan Azrul Ananda

RADAR Banyumas - Situs Berita Online Terbesar di BARLINGMASCAKEB

  • Fokus Utama
    • Asuransi Jasindo Bayar Klaim Pembudidaya Udang Terdampak Banjir
    • Mabuk, Diantarkan Sampai Saluran Irigasi, Keesokannya Ditemukan Meninggal di Saluran Irigasi Maos
    • Hilang Tiga Hari, Remaja Usia 20 Tahun Warga Babakan Ditemukan Tewas di Sungai Klawing
    • Di Kebumen, Cuaca Buruk, Harga Cabai Makin Pedas, Rp 100 Per Kilogram
    • Gedung Baru DPRD Dimulai Pertengahan Tahun, Bertahap Hingga 4 Tahun
    • Purwokerto
    • Banyumas
    • Purbalingga
    • Banjarnegara
    • Cilacap
    • Kebumen
  • Berita
    • Dari Moeldoko Jadi Ketum, AHY Minta Tolong ke Jokowi, Hingga SBY Menyesal
    • Pemerintah Waspadai Vaksin Palsu
    • Kepolisian Afrika Selatan Sita Ratusan Vaksin COVID-19 Palsu, Empat Tersangka Diamankan
    • KPK Sita Uang Rp 1,4 Miliar, Kasus Korupsi Gubernur Nurdin Abdullah Nonaktif Sumsel
    • KLB Demokrat Kubu Jhoni Allen Marbun cs Melengserkan AHY, Tetapkan Moeldoko Jadi Ketum, AHY Sebut Dagelan Politik
    • Internasional
    • Nasional
    • Jawa Tengah
    • Pendidikan
    • Tekno
  • Olahraga
    • Krisis Keuangan Membuat Inter Milan Harus Cuci Gudang
    • Timnas Indonesia U-22 akan Menantang Persikabo dan Bali United
    • Kalahkan Wakil Malaysia, Shesar Rhustavito Melaju ke 16 Besar Swiss Open
    • Babak Pertama Swiss Open, Hafiz Faizal/Gloria Widjaja Langsung Tersingkir
    • Pembukaan Piala Menpora di Solo, Gibran Persiapkan Stadion Manahan
    • Sepakbola
    • MotoGP
    • Formula 1
    • Bulutangkis
    • Gowes
  • Insiden
    • Mabuk, Diantarkan Sampai Saluran Irigasi, Keesokannya Ditemukan Meninggal di Saluran Irigasi Maos
    • Hilang Tiga Hari, Remaja Usia 20 Tahun Warga Babakan Ditemukan Tewas di Sungai Klawing
    • Kepolisian Afrika Selatan Sita Ratusan Vaksin COVID-19 Palsu, Empat Tersangka Diamankan
    • KPK Sita Uang Rp 1,4 Miliar, Kasus Korupsi Gubernur Nurdin Abdullah Nonaktif Sumsel
    • Ibu Kandung Pembuang Bayi di Sungai Serayu Wanadadi Banjarnegara Akhirnya Tertangkap
  • Features
    • Seni Cowongan, Ujungan, Gandaria dan Buncis, Deretan Kesenian Asli Banyumas yang Hampir Punah
    • Wisuda Terapkan Prokes, UMP Jadi Percontohan Kampus Lain
    • Jangan Asal Pilih! Ini Broker Forex Terregulasi Resmi
    • Kilang Pertamina Cilacap Sulap Jalan Banjaran Jadi Taman Indah
    • Tiga Sineas Muda Siap Bikin Video Layaknya Film dengan Galaxy S21 Ultra 5G
  • Intermezo
    • Rizky Billar Terpancing Haters: Gue Belum Sampai Sabar Level Lesty
    • Raline Shah Berharap Dapat Jodoh, Berkelakar 21 Tahun
    • Krisdayanti Berharap Ramadan Bisa Bersama Raul Lemos Lagi
    • Akui Masih Komunikasi dengan Ayus Sabyan, Ririe Fairus: Saya Rela Melepasnya Asal Dia Bahagia
    • Jatah Bulanan Syahrini Disebut Rp3 M
  • Lintas Serba-serbi
    • Uang Koin Dikumpulkan Lima Tahun, Kini Celengan Ibu Rumah Tangga di Pemalang Capai Rp40 Juta
    • Shadu Amar Bharati, Pertapa yang Hidup dengan Tangan Kanannya Diangkat Selama 45 Tahun
    • Pose Tanpa Busana di Atas Gajah, Model Asal Rusia Diperiksa Polda Bali
    • Waduh, Netizen Indonesia Jadi Juara se-Asia Tenggara Dalam Hal Tidak Sopan Bermedia Sosial
    • Masyarakatnya Makmur, Ini 15 Negara Terkaya di Dunia
  • More
    • Lintas Serba-serbi
    • Features
    • Intermezo
    • KampusKita
    • Mblaketaket
  • Facebook

  • Twitter

  • Instagram

  • Google+

  • YouTube

  • LinkedIn

  • 1 Share

Swab Akhir

Catatan Dahlan Iskan
Selasa, 26 Januari 2021
Catatan Dahlan Iskan
Selasa, 26 Januari 2021

Oleh: Dahlan Iskan

Akhirnya: negatif.

Tepat di hari ke 14.

Covid saya ini seperti jadwal kereta api saja: tidak bisa dimajukan.

Minggu pagi-pagi kemarin saya memang diswab lagi. Yakni setelah lima hari sebelumnya hasil Swabnya masih positif. Maka kemarin sore –sampai malam– keluarga tanya terus: sudah negatif?

Tentu belum tahu. Hasilnya belum keluar.

Senin pagi kemarin lebih banyak lagi yang bertanya. Saya jawab: saya belum menanyakan hasilnya.

Kok belum tanya sih?

Saya memang menahan diri untuk bisa tidak bertanya. Akhirnya anak wedok saya, Isna Iskan, yang tahu duluan. Jam 11.00 Senin kemarin: negatif. Rupanya dia yang bertanya terus ke RS.

Saya memang yakin hasilnya negatif. Kan enam hari sebelumnya sudah tahu. Dari hasil pengecekan darah: IgG saya reaktif. Dengan angka yang sangat bagus.

Memang IgM saya masih nonreaktif. Tapi empat hari kemudian –dari hasil pengecekan darah lanjutan– IgM itu sudah pula reaktif. Dengan angka yang juga sangat bagus.

Awalnya saya menduga hanya IgG yang bisa reaktif. Yakni hasil dari transfusi konvalesen. Dokter memang memberi saya transfusi plasma dari darah orang yang sudah sembuh dari Covid-19. Sedang dari tubuh sendiri mungkin tidak akan muncul. Itu akibat tiap hari, selama 15 tahun, saya minum obat menurun imunitas.

Ternyata tidak begitu. Tubuh saya tetap bisa melahirkan imunitas terhadap virus Covid-19. Hanya munculnya belakangan. Selisih tiga hari.

Saya tidak tahu bagaimana menjelaskannya secara medis. Juga tidak tahu harus kepada siapa menanyakannya: apa akibat buruk tingginya imunitas saya itu –pada transplantasi saya yang tidak menghendaki imun yang kuat.

Saya kena Covid di hari yang sama dengan ustad Misbahul Huda, sesama pimpinan pesantren keluarga. Juga negatif di hari yang sama. Bedanya: saya berobat ke rumah sakit Premier Surabaya. Ustad Huda isolasi di rumah.

Total ada enam orang sepupu saya yang meninggal karena Covid-19. Bahkan adik kandung saya, ustad Zainuddin, ternyata juga kena Covid. Itulah satu-satunya saudara kandung yang masih hidup. Tinggal di Madiun.

Saya telat tahu bahwa adik saya kena Covid. Tahu saya justru setelah ia sembuh. Saya pun bertanya bagaimana ceritanya. Ternyata ia menengok sepupu yang lagi Covid parah. Ia masuk kamar rumah sepupu itu di desa. Ia tahu: sepupu itu lagi menderita Covid berat. Yang tetap di rumah karena tidak bisa masuk RS. Penuh.

“Apa pun risikonya saya harus menjenguknya,” kata adik saya. “Saya tidak tega untuk tidak menjenguk. Ia terus-menerus menyebut nama saya dalam sakitnya,” ujar Zainuddin.

Dua hari kemudian keponakan itu meninggal dunia. Adik saya menderita sakit panas. Parah sekali. Demam. Batuk. Sakit perut. Sakit tenggorokan. Ia tidak mau masuk rumah sakit. Ia tidak mau minum obat. Ia pilih melawan dengan keyakinan dan zikir.

Kalau saja saya tahu, saya pasti marah sekali. Tapi tahu saya sudah sangat terlambat. Saya hanya bisa tertawa mendengar ceritanya.

Apalagi setelah mendengar istrinya tidak tertular.

Covid ini benar-benar aneh. Ada yang diobati baru sembuh. Ada yang diobati mati. Ada yang tidak diobati sembuh. Ada yang tidak diobati mati.

Setelah sembuh adik saya itu talon. Ia mendengar kalau saya terkena Covid. “Tenang saja,” katanya.

Saya memang tidak panik. Ada alasan lain mengapa saya optimistis hasil akhirnya ini negatif. Itu bisa dilihat dari hasil pemeriksaan harian oleh dokter. Jelas: semua indikator tubuh saya bagus. Tekanan darah saya justru yang terbaik itu selama di RS ini: 120/70. Sekitar itu terus. Stabil. Penyerapan oksigen saya bagus: 97. Sekitar itu terus. Stabil. Suhu badan: 36,5. Sekitar itu terus. Stabil.

Rasanya saya ini jenis OTG –hanya saja saya harus “kiashu” karena saya ini residivis.

”Kiashu” adalah istilah Robert Lai dan dokter Singapura Benjamin Chua. “Saya harus bersikap kiashu,” begitu ujar ahli pembuluh darah itu. Artinya: sesal kemudian tidak berguna.

Tiap hari saya mendapat satu lembar kertas: obat apa saja yang diberikan untuk hari itu. Ada obat yang tetap, ada yang berubah. Disesuaikan dengan hasil pemeriksaan harian.

Jadi, kalau saya ditanya diberi obat apa, jawabnya bisa panjang sekali.

Yang jelas ada dua antivirus: zithromax dan covifor. Ada obat batuk codipront. Ada pengencer darah. Ada obat kembung perut. Ada obat untuk menjaga liver. Ada obat menjaga paru-paru.

Lalu, ada obat ini: neurobion 5000. Vitamin B untuk saraf. Ada pula obat diare probiotic interlac. Lalu ada obat untuk tukak usu, lexmodine. Juga ada suplemen untuk bantu memenuhi kebutuhan Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E, zinc, dan selenium. Kaitannya sama sel.

Saya pun cari tahu di internet. Mengapa saya diberi obat saraf, neurobion itu. Oh, saya dapat jawabnya: banyak terjadi kasus aneh: orang yang sudah berhasil sembuh dari Covid muncul gangguan baru. Yakni sulit konsentrasi. Bahkan ada yang menjadi lebih pelupa.

Saya diberi neurobion dengan maksud agar tidak tergolong itu.

Tentu saya juga diberi vitamin C. Dosis tinggi. Tidak hanya lewat obat pil. Juga disuntikkan. Lewat terminal infus di tangan itu.

Vitamin lain adalah, Anda sudah tahu: vitamin D dosis tinggi. Kan sewaktu masuk RS darah saya dicek. Ternyata kandungan vitamin D saya hanya 23,4. Itu kurang sekali. Jauh dari angka minimal yang sebaiknya 40.

Tiga hari lalu, vitamin D saya sudah di level 35. Jangan-jangan hari ini sudah 39,9 haha.

Begitulah, begitu banyak obat yang diminum. Sampai saya mengkhawatirkan liver saya. Juga ginjal saya. Maka tiap pagi, sebelum menelan begitu banyak pil, saya ucapkan permintaan maaf kepada liver saya.

“Tolonglah Anda kuat ya… Ini terpaksa, karena ada Covid,” kata saya sambil memandang bagian kanan perut saya.

Saya pun seperti mendengar jawaban liver saya: “Saya kuat kok”.

Lalu obat-obat itu saya telan satu per satu.

Tentu saya bersyukur dengan hasil negatif itu. Kepada para kiai yang bertanya, saya jawab: Alhamdulillah. Kepada teman-tekan Kristen –ada yang sampai berdoa di Gua Maria –saya sampaikan Puji Tuhan. Kepada Bikhu dan Bante, saya sampaikan Amithofo.

Yang sulit hanya cari istilah apa, ketika saya harus memberitahu teman-teman di Tiongkok yang komunis. (*)

Scroll for more
Tap
  • Populer

  • Terkini

  • Topik

  • Pencarian Kasilun yang Hilang di Hutan di Ajibarang Dihentikan
    Banyumas
    Jumat, 5 Maret 2021 - 10:00
  • Gang Sadar Setahun Tutup, Ada yang Listriknya Dicabut, Airnya Dicabut, Dikontrakan, Sampai Dijual
    Banyumas
    Rabu, 3 Maret 2021 - 10:23
  • Peternak Ayam Petelur Dituntut Satu Tahun, Istri Terdakwa Menangis di PN Banyumas
    Banyumas
    Selasa, 2 Maret 2021 - 12:22
  • Enam Nama Bersaing dalam Muscab untuk Ketum PHRI
    Banyumas
    Senin, 1 Maret 2021 - 13:31
  • Kasilun, Warga Kalitapen Purwojati Dikabarkan Hilang di Hutan Igir Ajibarang, Tagana Terus Mencari
    Banyumas
    Selasa, 2 Maret 2021 - 14:36
  • Rizky Billar Terpancing Haters: Gue Belum Sampai Sabar Level Lesty
    Intermezo
    Sabtu, 6 Maret 2021 - 11:59
  • Asuransi Jasindo Bayar Klaim Pembudidaya Udang Terdampak Banjir
    Cilacap
    Sabtu, 6 Maret 2021 - 11:52
  • Dari Moeldoko Jadi Ketum, AHY Minta Tolong ke Jokowi, Hingga SBY Menyesal
    Nasional
    Sabtu, 6 Maret 2021 - 11:44
  • Mabuk, Diantarkan Sampai Saluran Irigasi, Keesokannya Ditemukan Meninggal di Saluran Irigasi Maos
    Cilacap
    Sabtu, 6 Maret 2021 - 11:34
  • Hilang Tiga Hari, Remaja Usia 20 Tahun Warga Babakan Ditemukan Tewas di Sungai Klawing
    Insiden
    Sabtu, 6 Maret 2021 - 11:26
    • Index Berita
    • Majenang
    • Vaksin virus Covid-19 Sinovac
    • Cilongok
    • Pencurian
    • Pekuncen
    • DPRD Banyumas
    • Suntik Vaksin
    • Kasus Korupsi
    • Harga Cabai

Mblaketaket

    Mblaketaket Radarbanyumas
  • Nyanyi Karo Tengkureb
    Senin, 4 Desember 2017 - 05:05
  • Jeneng Daplun Diarani Wagu
    Sabtu, 2 Desember 2017 - 05:05
  • Diuber Celeng
    Kamis, 23 November 2017 - 05:05
  • Mobil Nabrak Tiyang Listrik
    Sabtu, 18 November 2017 - 19:35
Catatan Dahlan Iskan
  • Bukan Utang
    Sabtu, 6 Maret 2021 - 10:45
  • Barikade Made In China
    Jumat, 5 Maret 2021 - 10:43
Catatan Azrul Ananda
  • Review The Last Dance: Cari Calo Nonton Bulls
    Rabu, 22 April 2020 - 15:23
  • Bumi Bersih-Bersih
    Rabu, 15 April 2020 - 15:16
RADAR Banyumas

Surat kabar harian terbesar di Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap & Kebumen) termasuk bagian dari grup Jawa Pos, berkantor pusat di Kota Purwokerto.

Harian Radar Banyumas pertama kali terbit tahun 1998. Mulai Tahun 2016 Mulai merambah media online dan menjadi media terbesar dan terpercaya di area Barlingmascakeb.

Berlangganan

Masukkan alamat email Anda untuk berlangganan Radar Banyumas edisi online dan menerima pemberitahuan mengenai berita-berita terbaru dari Koran Radar Banyumas Online setiap harinya melalui email.

Radar Banyumas Online

  • Redaksi
  • Layanan Iklan & Berlangganan Koran
  • Privacy Policy
  • Terms of Services
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2016-2019 Radar Banyumas Network.