PURWOKERTO – Hujan deras selama sepuluh jam, Selasa (15/3), setidaknya membuat 9 ribu warga di Barlingmascakeb kebanjiran. Ada pula yang terpaksa harus mengungsi meninggalkan rumah yang terendam air.
Padahal prediksi BMKG, semestinya Maret ini hujan mulai melandai. Sebab puncak penghujan terjadi pada Februari lalu. Namun, alam selalu menyimpan rahasianya. Hujan 10 jam berbuntut banjir di beberapa titik.
Sekretaris BPBD Banyumas Gatot Eprie mengatakan, hujan yang mengakibatkan banjir itu memang di luar prediksi.
“Hujan lebat setelah maghrib, sekitar jam 6 sore. Jadi sekitar 10 jam hujan mengguyur dengan intensitas dan curah hujan yang lebat,” kata dia.
Selain durasi hujan yang panjang, menurutnya, hujan inipun merata. Bahkan bukan hanya di Banyumas saja, melainkan juga se-eks karisidenan Banyumas.
Dari data yang dberikan, beberapa lokasi yang terendam banjir seperti di Desa Prembun Kecamatan Tambak, Desa Gebangsari Kecamatan Tambak, Desa Plangkapan Kecamatan Tambak dan Desa Pandak Kecamatan Sumpiuh.
Untuk jumlah warga yang terdampak banjir, lanjut dia, sekitar 2.000 jiwa dari Desa Prembun Tambak. Desa Gebangsari Tambak sebanyak 2.800 jiwa. Lalu di Desa Plangkapan Tambak sebanyak 360 KK. Sedangkan untuk Desa Pandak Sumpiuh sebanyak 646 jiwa.
“Untuk potensi bencana susulan, ada. Apabila terjadi hujan lebat,” katanya.
Dia menambahkan, sampai dengan sore tadi, debit air sudah mulai surut, dan banyak warga terdampak kembali ke rumah.
“Sedangkan untuk posko pantauan terletak di Balai Desa Prembun. Dan dapur umum terletak di Kecamatan Tambak,” tandasnya.
Sementara itu, dari pantauan Radar Banyumas, banjir juga merendam ruas Jalan Nasional Banyumas-Yogyakarta di Desa Kedungpring Sumpiuh. Hal tersebut mengakibatkan kemacetan kendaraan hingga berjam-jam.
Bahkan, terlihat ada dua truk dan satu bus yang nyaris terguling karena terperosok jalan yang tertutup genangan.
Bidang Yankes dan Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Banyumas turun menangani korban banjir di Kemranjen, Sumpiuh dan Tambak dengan membuka posko kecamatan 24 jam.
Sekretaris Dinkes Banyumas, Slamet Setiadi SKep Ns MM mengatakan, posko kesehatan 24 jam buka di Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) untuk mendekatkan pelayanan kesehatan pada korban banjir.
Prinsipnya Dinkes Banyumas sudah siap dengan Sumber Daya Kesehatan (SDK) dan logistik obat-obatan yang dibutuhkan korban banjir selama 24 jam.
Selain itu, dinkes telah berkomunikasi dengan Kwarcab Banyumas terkait kemungkinan menerjunkan Pramuka Dinkes Banyumas.
“Sementara belum ada laporan korban banjir yang sakit,” katanya.
Sub koordinator Seksi Survailans, Imunisasi dan Kejadian Luar Biasa (KLB) Dinkes Banyumas, Achmad Chairul Hamdi SKM MKM menjelaskan, ancaman penyakit yang paling sering diderita korban banjir yaitu diare, gatal dan ISPA.
Mengungsi atau bertahan di rumah semua memiliki sisi positif dan negatif. Di pengungsian negatifnya karena berkumpul dengan banyak orang resiko tertular penyakit lebih besar namun dekat dengan petugas. Sebaliknya bertahan di rumah lebih lapang namun jauh dari pantauan.
Dapur Umum
Gatot Eprie, Sekretaris BPBD Kabupaten Banyumas, mengatakan, luapan tiga sungai yaitu Kali Sengon Desa Pandak, Kali Kecepak Desa Gebangsari, dan Kali Gatel Desa Kedungpring membuat 1500 orang mengungsi.
“Untuk pengungsian Desa Gebangsari Kecamatan Tambak, lokasi bale pertemuan desa atau baledesa Gebangsari, saat ini adah 500 orang, masih dalam proses evakuasi,” kata Gatot Eprie.
Kemudian lokasi pengungsian di Desa Pandak Kecamatan Sumpiuh akan dipindah.
“Desa Pandak Kecamatan Sumpiuh lokasinya masjid, jumlah pengungsi sekarang 200 orang, dan rencana akan dipindah karena lokasi pengungsian tergenang banjir,” tambahnya.
“Kami sedang menyiapkan kebutuhan pengungsi, rencana buka dapur umum, dan kami juga masih mengecek lokasi dan pendataan dulu, jumlah pengungsi kurang lebih 1.500 an,” pungkasnya.
Facebook
Twitter
Instagram
Google+
YouTube
LinkedIn