
BANJARNEGARA – Pembelajaran Tatap Muka (PTM) rencananya akan dimulai kembali setelah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro berakhir. PPKM Mikro ini diberlakukan dari 9 – 22 Februari 2021. Pembelajaran kembali dilakukan di sekolah karena Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dinilai memiliki banyak kekurangan.
Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Banjarnegara Noor Tamami mengatakan pada masa PPKM Mikro ini, pembelajaran dilaksanaan melalui PJJ. Namun pembelajaran model ini memiliki banyak kendala sehingga tidak optimal.
“Kalau dikatakan tidak maksimal ya tidak maksimal. Tapi kita minta agar anak-anak tetap difasilitasi. Mudah-mudahan setelah PPKM Mikro selesai tanggal 22 Februari, nanti kita segera untuk masuk ke tatap muka,” ungkapnya, kemarin.
Sebelum diberlakukan PPKM, telah dilaksanakan PTM di banyak sekolah di Kabupaten Banjarnegara. Bahkan jumlah sekolah yang melaksanakan PTM lebih banyak dibandingkan sekolah yang menerapkan PJJ.
“Untuk SMP telah diterapkan di 81 SMP dari 98 SMP. Untuk SD diterapkan di 442 SD dari 630 SD,” jelasnya.
PTM dengan protokol kesehatan ketat ini telah berjalan lancar dan tidak memunculkan cluster Covid-19 dari sekolah. Sehingga dia optimis, jika PTM dilaksanakan kembali, akan berjalan dengan baik. Terkait pelaksanaan PTM ini, telah dipersiapkan oleh bidang teknis dan sekolah yang bersangkutan.
Sebelumnya, terjadi kendala air di sejumlah sekolah dalam menerapkan PTM. Keberadaan air untuk cuci tangan menjadi salah satu kewajiban yang harus dipenuhi untuk bisa melaksankan PTM. “Kalau sekarang air sudah mudah, karena sudah musim penghujan,” ujarnya.
Dikatakan, kendala yang dihadapi justru mengembalikan anak untuk disiplin. “Kegiatan daring, tidak seperti yang di sekolah. Justru tantangan untuk mengembalikan ke disipilin dan kejujuran anak,” paparnya.
Misalnya apakah tugas yang diberikan guru dikerjakan oleh anak atau dikerjakan oleh orang lain. “Padahal kita mau menanamkan karakter, salah satu karakter yang sangat penting adalah kejujuran,” jelasnya. Karakter lain yaitu menanamkan kemandirian. Pada pembelajaran di sekolah, anak diberi tugas dan maju ke depan. Hal ini melatih kemandirian siswa. “Sedangkan kalau dalam PJJ, kalau dikerjakan oleh orang tuanya, berarti tidak mandiri,” lanjutnya. (drn)
Facebook
Twitter
Instagram
Google+
YouTube
LinkedIn