SERU: Jumanto ditengah audiensnya yang didominasi anak-anak. AMARULLAH/RADARMAS
Siapa tak kenal Jumanto, lelaki berbadan tegap yang kerap mengisi suatu acara resmi maupun santai di beberapa event. Ya, lelaki yang pernah jadi pengajar di salah satu sekolah swasta dan kini menjadi Penyuluh Agama Islam Kemenag Purbalingga di KUA Pengadegan. Bagaimana ia bisa bertahan dari gempuran gawai dan sosial media (sosmed) saat ini?
AMARULLAH NURCAHYO, PURBALINGGA
Penampilan sederhana terlihat saat Jumanto atau dikenal di panggung sebagai Kak Jumbo. Dihadapan anak-anak sedang mengisahkan cerita bernuansa Islami. Namun dibalut dengan kisah fiksi hewan-hewan yang mudah dikenal penontonya.
Sesekali Kak Jumbo berkelakar dengan menirukan suara seekor hewan, mulai dari kuda, kodok dan lainnya. Anak-anak SD maupun SMP yang mendengarkan, langsung ikut terbawa nuansa dongang/kisah itu.
“Cukup lama saya mendalami dunia kisah/dongeng. Tahun 2009 silam hingga memahami psikologis anak-anak dan bagaimana mengambil peranan dalam menarik minat anak mendengarkan kisah/dongeng ini,” ujar lelaki 42 tahun ini.
Ia tak khawatir saat ini sudah marak gawai, sosmed, dan sejenisnya. Karena di usia dini, sejatinya kisah atau mengkisahkan itu lebih mengena ke sasaran jika disampaikan secara langsung. Bahkan bisa ditambah aksesoris maupun perlengkapan lain agar lebih menarik perhatian audiens.
Teknik menguasai audiens jjuga dilatih melalui Bermain Cerita dan Menyanyi (BCM). Tujuannya agar materi kisah yang diberikan mudah dipahami. Karena sejatinya dongeng merupakan salah satu bagian dari kisah, namun biasanya fiktif.
Laman Berikutnya: 1 2
Facebook
Twitter
Instagram
Google+
YouTube
LinkedIn