PADAT: Pengunjung dari berbagai daerah tumpah ruah di area Concourse, Kompleks Candi Borobudur.(NAILA NIHAYAH/RADAR JOGJA)
JOGJA – Wisata Candi Borobudur masih menjadi primadona. Pada Lebaran 2022 ini, Kunjungan wisatawan mencapai 31.089 orang pada Kamis (5/5). Namun, jumlah kunjungan tahun ini cenderung menurun dibanding 2019.
General Manajer Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur Aryono Hendro Malyanto menuturkan, meskipun puncak kunjungan wisatawan pada libur Lebaran kali ini mencapai 31.089 orang, tetapi jumlah tersebut masih di bawah angka saat puncak kunjungan libur Lebaran kondisi normal 2019.
“Saat itu mencapai 53.386 orang,” katanya di TWC Borobudur, Minggu (8/5) dikutip radarjogja.com.
Kendati demikian, menurut Aryono, dengan kunjungan yang mulai meningkat dari tahun sebelumnya, menjadi pertanda mulainya kegiatan pariwisata. PT TWC Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko pun enggan menargetkan kunjungan pada libur Lebaran 2022.
“Meskipun kalau dibanding 2019, masih separonya. Namun, kalau dibanding libur Natal dan Tahun Baru 2021 sudah naik cukup signifikan,” ujarnya.
Menurut dia, ada peningkatan yang cukup signifikan pada hari kedua Lebaran, yakni Selasa (3/5) mencapai 16.537 pengunjung dibanding pada Lebaran hari pertama Senin (2/5) hanya 6.785 orang.
Kemudian pada Rabu (4/5) pengunjung meningkat lagi menjadi 27.332 orang dan puncaknya pada Kamis (5/5) mencapai 31.089 orang, terdiri atas wisatawan nusantara 31.050 orang dan wisatawan mancanegara 39 orang.
Ia menyampaikan, pengunjung kini sudah mulai menurun. Pada Jumat (6/5) jumlah pengunjung 21.738 orang dan Sabtu (7/5) sekitar 16.000 orang. Aryono mengatakan, kenaikan jumlah pengunjung menjadi hal yang istimewa lantaran dua tahun Candi Borobudur tidak dibuka karena pandemi.
Selain itu, pada Lebaran tahun ini, pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR dan Kemenko Marves telah selesai membangun beberapa fasilitas di kawasan Borobudur.
“Tahun ini menjadi istimewa setelah pandemi. Dari tanggal 27 April atau H-5 itu sudah ada peningkatan,” katanya.
Menurut dia, dengan membaiknya kondisi pandemi menunjukkan tren positif untuk kegiatan wisata di kawasan Borobudur. Pemerintah pun telah memberikan kelonggaran bagi masyarakat untuk mudik dan berwisata. Untuk itu, animo masyarakat pun ikut tinggi setelah dua tahun dikungkung pandemi.
Dia mengakui, meskipun sudah di buka kembali namun jumlah kunjungan tahun ini mengalami penurunan yang disebabkan beberapa kendala dan faktor lainnya. Kondisi ekonomi yang belum stabil menjadi satu faktor masyarakat belum berbondong-bondong untuk berwisata.
“Kedua, masih wait and see. Mereka masih berpikir bagaimana mereka mencari tempat-tempat untuk rekreasi,” paparnya.
Aryono menyebut, untuk kepastian naik candi juga belum ada. Padahal, para wisatawan yang berkunjung ingin bernostalgia naik ke monumen atau candi. Lantaran belum diperbolehkan naik monumen, kebanyakan dari mereka terpaksa putar balik dan menyampaikan rasa kecewanya karena tidak bisa melihat Candi Borobudur lebih dekat. “Saya juga sering mendapat telepon.
Borobudur buka enggak? Bisa naik ke candi enggak? Itu yang paling sering ditanyakan,” tuturnya.
“Kami sudah ke Kementerian Pendidikan kapan ini bisa dibuka. Kalau tidak aturan main seperti apa yang diharapkan agar ini bisa terkonfirmasi dan dikomunikasikan kepada publik.”
Sementara itu, Chici, 32, dari Malang yang membawa serta keluarganya mengaku kurang puas lantaran belum diperbolehkan naik ke Candi Borobudur. Padahal, kata dia, mereka baru kali pertama berkunjung ke sana.
“Ya, sebenarnya kecewa karena tidak bisa naik ke candinya. Sampai di sini hanya bisa meliahat dari bawah,” akunya. (aya/pra/radarjogja)
Facebook
Twitter
Instagram
Google+
YouTube
LinkedIn