JELANG akhir pekan oktober setahun lalu, Feng Wan, warga Shangrao, Provinsi Jiangxi, Tiongkok, datang ke bank dengan menggerutu. Dia melaporkan buku tabungan dan kartu-kartunya yang dicolong maling. Ternyata, di bank itu dia mendapat kejutan besar.
’’Saya meminta Feng Wan mengisi surat-surat kehilangan,’’ kata Ye Lu, pegawai bank yang menangani keluhan Feng Wan.
Eh, tak disangka, beberapa saat kemudian, datang seorang lelaki yang ingin mengambil uang 10 ribu yuan atau lebih dari Rp 19 juta.
’’Nasabah’’ anyar itu pun berdiri berdampingan dengan Feng Wan yang masih mengisi laporan kehilangan.
Saat itulah Ye Lu melihat kejanggalan tersebut. Orang baru tersebut tidak membawa kartu identitas apa pun. Tapi, dia membawa buku tabungan dan kartu.
’’Identitasnya sama dengan Feng Wan yang sudah komplain terlebih dahulu,’’ ujarnya.
Ye Lu pun semakin yakin bahwa nasabah yang baru datang itu bukan orang baik. Terlebih, dia terus-menerus keliru saat diminta mengisikan nomor PIN akunnya. Betul juga, saat dikonfrontasikan dengan Feng Wan, orang yang baru datang tersebut gelagapan.
Setelah saling melotot beberapa saat, mereka kemudian bergelut. Dibantu aparat keamanan bank, Feng Wan berhasil membekuk nasabah awu-awu yang ternyata bernama Weng Sun itu.
Rasanya, hari itu Feng Wan menerima keberuntungan ganda. Kartu-kartu banknya kembali, buku tabungan tak jadi lenyap, uang tak sirna, plus malingnya pun ’’datang dengan sukarela’’. (The Independent/c7/dos)
Facebook
Twitter
Instagram
Google+
YouTube
LinkedIn