PENGGILINGAN: Proses penggilingan gabah menjadi beras di rice mill. FIJRI/RADARMAS
TAMBAK – Pedagang beras di wilayah Kecamatan Tambak mengeluhkan lesunya penjualan. Menyusul masifnya penyaluran bantuan berupa beras dari pemerintah di masa pandemi corona virus.
“Imbas ke tengkulak (pedagang) jelas. Modal tidak muter. Kami beli gabah, sudah diselip, beras tidak laku dijual. Banyak orang yang tidak nempur (beli) beras. Karena sudah tercukupi kebutuhan beras dari bantuan pemerintah,” papar pedagang beras, Muhni, Rabu (23/9).
Menurutnya, pemerintah memang tidak ada salahnya memberikan bantuan pangan untuk rakyat. Terlebih di masa sulit wabah corona virus. Akan tetapi, di saat bersamaan pemerintah juga seharusnya memikirkan nasib pedagang beras.
Sebab, bantuan beras menciptakan monopoli. Sehingga, Muhni mengistilahkan situasi tersebut bahwa pedagang yang hidup semakin hidup. Sedangkan pedagang yang sulit tambah terjepit. “Sampai menawar-nawarkan beras ke sana sini. Jawaban mereka beras masih banyak. Karena omset penjualan menurun,” keluh Muhni.
Senada, pedagang beras lainnya, Sahri, menuturkan kondisi diperparah dengan harga gabah terus turun. Sejak beberapa hari lalu, satu kuintal gabah kering panen baru Rp 500 ribu. Pada saat awal musim panen harga masih kisaran Rp 530 ribu.
“Sedangkan harga beras di tingkat tengkulak satu kilogram hanya Rp 8 ribu. Tidak masuk hitungan sebenarnya karena belum terhitung biaya karung plastik dan transportasinya,” rinci Sahri.
Oleh karena itu, pedagang meminta agar perdagangan beras bisa kembali pulih. Pedagang tidak kesulitan memasarkan beras. Tidak terjadi ketimpangan di antara pedagang beras. Sebab hanya segelintir pedagang yang dapat menjadi pemasok untuk berbagai jenis bantuan pemerintah dengan komoditas beras. (fij)
Facebook
Twitter
Instagram
Google+
YouTube
LinkedIn