RAYKADIAH/RADARMAS
TRADISI : Tradisi resik kubur Masyarakat ADAT Kalikudi.
CILACAP – Langit tampak berwarna jingga di Desa Kalikudi Kecamatan Adipala. Masyarakat Adat Tradisi Anak Putu (ADAT) satu persatu memasuki gerbang maqom leluhur yang bertempat di Desa Adiraja Adipala, Jum’at (01/11).
Perna Gupala, sesepuh Kalikudi duduk bersila di atas klasa pendopo maqom tersebut. Ia bercerita, masyarakat ADAT selalu melakukan ritual resik kubur di maqom pendiri atau yang trukah.
“Tradisi ini sudah dilakukan sejak ke 17,” kata Perna Guapala.
Setelah selesai membersihkan maqom. Karsawigena, Kyai kunci pasemuan Kidul masuk ke maqom utama, yakni Mbah Kyai Dirtakerta untuk melakukan ritual.
Sesaat kemudian, satu persatu dari anak putu masuk untuk sowan ke maqom. Mereka masuk sesuai garis keturunan.
“Meskipun muda, tapi keturunan tua maka tetap diutamakan,” ujar sesepuh Perna Gupala.
Sebelum masuk ke maqom Mbah Kyai Ditakerta, anak putu masuk dengan menggunakan busana hitam, bersarung kain batik dan menggunakan ikat semacam blangko di kepala. Anak putu masuk bersimpuh dengan membawa dupa untuk sesaji. Suasana menjadi hening, dengan khusyuk mereka memanjatkan doa di depan nisan tersebut.
Ketua ATAP Kalikudi, Sunardi Kunthang mengatakan karena jarak Adiraja ke Kalikudi jauh akhirnya Kyai Dirtakerta membuat padepokan untuk singgah.
“Karena di Kalikudi makmur, banyak masyarakat yang datang dan membuka lahan. Untuk melancarkan aktifitas masyarakat desa tersebut membentuk tempat saresehan yang disebut dengan “Pasemuan”. Sampai sekarang pun masih ada untuk melakukan musyawarah dan ritual anak putu,” kata Sunardi.
Menurutnya, Kalikudi merupakan miniatur bangsa Indonesia yang beraneka ragam suku, agama, ras dan budaya. Soal keterbukaan dan bagaimana mereka mengembangkan budaya toleransi agama.
“Tradisi Kalikudi akan terus berlanjut, karena di Kalikudi memiliki ritual, memliki dinasti, keturunan, punya ahli sejarah dan punya ajaran (pujen). (ray)
Facebook
Twitter
Instagram
Google+
YouTube
LinkedIn