LONGSOR: Longsor di sempadan Sungai Lukulo di Desa/Kecamatan Pejagoan. IMAM/EKSPRES
KEBUMEN – Beberapa waktu lalu LIPI melakukan kajian tanggap bencana gerakan tanah atau longsor yang terjadi di Desa Pejagoan dan Desa Kedungwinangun. Kajian dilaksanakan bersama BPBD, PUPR dan OPD terkait lainnya di Kabupaten Kebumen.
Kajian dilakukan berdasarkan aspek geologi, geohidrologi, geoteknik dan sondir. Ini untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya longsor dan peluang mitigasinya. Hasil kajian tersebut kemudian disampaikan dalam Rapat Koordinasi di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kebumen, beberapa waktu lalu.
Ketua Tim Tanggap Bencana Balai Informasi dan Konservasi Kebumian (BIKK) Sueno Winduhutomo ST menyampaikan Bencana longsor sering terjadi di Wilayah Kebumen. Ini terutama di daerah dengan lereng curam di musim hujan. Ini karena adanya penggunaan lahan yang tidak sesuai peruntukannya.
Dijelaskannya berdasarkan hasil survey lapangan diperoleh data bahwa dimensi longsor di Desa Pejagoan memiliki panjang ± 70 meter dan lebar ± 20 meter. Ini dengan luas mencapai 1.400 meter persegi. Topografinya di lereng curam 68 derajat, dengan penggunaan lahan berupa pemukiman penduduk.
Sedangkan dimensi longsor di dua tempat di Kedungwinangun berdimensi panjang ± 40-60 meter, lebar ± 40-90 meter dengan luas 1.800-3.600 meter persegi. Topografi lerengnya memiliki kecuraman 72-78 derajat dengan penggunaan lahan sebagai pemukiman penduduk, semak dan kebun campuran.
Sueno menambahkan, dilihat dari aspek geologi, lokasi longsor masuk ke dalam aluvium (Qa). Ini berupa lempung, pasir, kerikil, krakal hasil dari pengendapan sungai yang berumur Holosen sampai Resen. Di bawah aluvium tersebut, terdapat Formasi Halang sebagai lapisan terdekat di lokasi kejadian.
Formasi Halang merupakan perselingan batupasir, batugamping, napal dan tuf dengan sisipan breksi yang berumur Miosen Tengah – Miosen Akhir. Susunan tersebut merupakan lapisan batuan muda, sehingga mudah terkena erosi air.
“Merujuk pada aspek geohidrologi dan geoteknik, gerakan air tanah dan adanya tanah jenuh air juga menjadi faktor pemicu bencana gerakan tanah di lokasi bencana,” katannya.
Sementara itu, Kepala BIKK Karangsambung LIPI Indra Riswadinata MH turut mendukung kegiatan tersebut. Pihaknya mengatakan Survey dilakukan untuk memperoleh kajian ilmiah yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan pemerintah melalui BPBD Kabupaten Kebumen dalam memitigasi bencana longsor tersebut.
Disamping itu, menurut Indra, kegiatan ini bermanfaat bagi Peneliti Geoteknologi di BIKK Karangsambung LIPI dalam mengaplikasikan kepakarannya untuk mengkaji fenomena geologi dan berkontribusi bagi pembangunan di Kebumen.
Plt Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kebumen Teguh Kristiyanto MT menyambut baik sinergi tersebut. Menurutnya, penanganan bencana di Kebumen menjadi tanggungjawab banyak pihak.
“Dengan adanya sinergi antar lembaga, diharapkan dapat meminimalisir kendala sektoral sehingga masyarakat dapat terlayani dengan baik,” ucapnya. (mam)
Adapun Tim Tanggap Bencana BIKK LIPI merumuskan rekomendasi yang dapat dilakukan untuk mitigasi bencana longsor di kedua desa tersebut. Ini antara lain masyarakat terdampak bencana dihimbau agar segera mengungsi ke lokasi yang lebih aman.
Masyarakat yang berada/tinggal dekat lokasi bencana perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi longsor susulan atau mengungsi sementara ke lokasi yang lebih aman, terutama pada saat dan setelah hujan deras yang berlangsung lama.
Pengelolaan dan pengaturan drainase dimulai dari pemukiman. Mengurangi kemiringan tebing sungai. Penyelamatan tebing sungai dengan bronjong dan 6 Mengurangi arus turbulensi. (mam)
Facebook
Twitter
Instagram
Google+
YouTube
LinkedIn