ANGKUT : Beras sejahtera saat diangkut ke gudang Bulog. Saat ini tak ada lagi rastra yang masuk Bulog. AMARULLAH NURCAHYO/RADARMAS
PURBALINGGA – Pengusaha beras yang tergabung dalam Asosiasi Perberasan Banyumas (APB) wilayah Purbalingga, mengaku kelimpungan paska dihapusnya program rastra yang diganti Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
Saat ini permintaan beras turun hingga 70 persen dibanding saat masih ada rastra. Kondisi ini terjadi karena pengusaha sudah tidak bisa mengandalkan Bulog. “Cukup berpengaruh. Kami harus memutar otak agar kembali stabil. Ada yang memilih menjual beras ke luar kota, tapi masih ada yang kebingungan,” tutur pengurus APB wilayah Purbalingga Mustangin, Kamis (1/11).
Menurut Mustangin, dia dan para pengusaha beras lainnya tidak mungkin hanya mengandalkan penjualan di tingkat lokal. “Perputaran uang melalui transaksi beras harus bagus. Kalau tidak bisa jalan, sama saja bohong. Kami menyadari ini program pemerintah, namun imbasnya pada kami,” tegasnya.
Baca:
Tak Kuat Menanjak, Truk Masuk Selokan
Tiga Kali Tidak Setor, Izin Parkir Dicabut
Meski demikian, Mustangin menilai para pengelola e-warung akan tetap mendapatkan kendala saat harga beras naik. “Komoditas beras sangat berpengaruh dengan harga, musim, masa tanam dan lainnya. Bahkan berkaitan erat dengan pupuk dan saprodi lainnya,” tambahnya.
Dikatakan, kesulitan e-warung terkait harga dan juga stok petani yang minim. Apalagi saat ini belum bisa menanam paska panen.
Kedepan, Mustangin berharap ada solusi terbaik. Tidak ada yang dirugikan dengan adanya program BPNT. “Mungkin pola pemasaran kedepan harus ditata ulang Jika kami tetap bertahan hanya di Purbalingga, maka akan tetap dapat kendala,” terangnya. (amr/sus)
Facebook
Twitter
Instagram
Google+
YouTube
LinkedIn