
TEKUN: Perajin kain lurik telaten memasukan ribuan benang dengan cara satu per satu ke alat. FIJRI/RADARMAS
SOMAGEDE – Perajin kain lurik di Desa Tanggeran Kecamatan Somagede merambah ke produksi dengan bahan baku kepompong mahoni. Setelah mengikuti pelatihan pembuatan kain lurik sutra kepompong mahoni beberapa waktu lalu.
Ketua Kelompok Perajin Kain Lurik, Mudiono membeberkan, kain lurik sutra kepompong mahoni memiliki nilai ekonomis tinggi. Harga satu meter mencapai Rp 1 juta.

“Program dari Bupati supaya kain lurik sutra kepompong untuk dikembangkan. Tapi kesulitan bahan baku. Selain langka, juga mahal,” kata Mudiono, Rabu (3/3).
Ulat pohon mahoni yang menjadi bahan baku tersebut belum bisa dibudidayakan. Sehingga, ketersediaan masih sangat bergantung pada alam.
Dikatakan Mudiono, kelompoknya belum bisa maksimal dalam memproduksi kain lurik sutra kepompong mahoni. Sebab masih terkendala modal dan tenaga.
“Dinas pernah mengajak agar hasil kain lurik sutra kepompong mahoni kami diikutkan ke pameran di luar negeri. Eropa kalau tidak salah ingat. Tapi belum bisa,” ujar Mudiono.

Kain lurik sutra kepompong mahoni bisa menjadi berbagai macam fashion. Mulai dari pakaian, sepatu dan tas.
Mudiono menceritakan pesanan seratus pcs dompet berbahan dasar sutra kepompong mahoni bahkan tak disanggupi. Sebab belum mampu memproduksi dalam skala banyak.
Sebenarnya, imbuh Mudiono produksi kain lurik memiliki peluang besar menciptakan lapangan kerja. Dengan catatan memiliki modal besar untuk pembelian bahan baku dan biaya operasional.
Salah satu perajin, Novia Kurniasih menuturkan, sejak diresmikan oleh Bupati Banyumas sekitar 1,5 tahun lalu, kondisi kelompok perajin kain lurik belum mengalami perkembangan signifikan.
“Perajin yang bertahan tujuh orang. Itu juga kadang tidak bisa datang semua. Seperti hari ini, hanya dua perajin,” kata Novi yang sedang kerja sama dengan Tri Yuliani untuk memasukan satu per satu helai benang. (fij)
Facebook
Twitter
Instagram
Google+
YouTube
LinkedIn