Ilustrasi PMK (istimewa)
JAKARTA – Kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak, khususnya sapi, belum terkendali. Saat ini setidaknya telah ada temuan PMK di sepuluh provinsi. Meski begitu, masyarakat diminta tidak panik. Juga tidak perlu takut mengonsumsi daging sapi selama diolah dengan baik dan benar.
Dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr drh Denny Widaya Lukman menjelaskan, sejumlah lembaga riset dunia menyebutkan bahwa PMK bukan masalah kesehatan masyarakat.
”Bukan masalah keamanan pangan. Tapi masalah kesehatan hewan,” katanya.
Denny menjelaskan, kasus penularan PMK dari hewan ke manusia sangat langka. Sejak 1921 sampai sekarang, dilaporkan tidak lebih dari 40 kasus penularan PMK dari hewan ke manusia.
”Lalu, bagaimana dengan mengonsumsi daging dan susu (sapi)? Tidak masalah,” tegasnya.
Apalagi jika daging dan susu itu dikonsumsi tidak dalam kondisi mentah. Denny yang juga pakar higiene pangan, higiene daging, serta zoonosis mengatakan, virus PMK mati dalam suhu 70 derajat selama 30 menit.
Kebiasaan masyarakat Indonesia bahkan mengolah daging sapi dengan direbus di dalam air mendidih atau 100 derajat. Merebusnya bisa sampai satu jam lebih. Termasuk dalam mengonsumsi susu, juga melalui proses yang aman.
Menurut Denny, mengonsumsi daging dalam keadaan tidak dimasak atau mentah justru rawan memicu penyakit disentri, tifus, dan sejenisnya.
”Bukan masalah PMK-nya,” kata dia.
PMK, jelas Denny, bisa disebut penyakit yang muncul kembali. Pada 1983 Indonesia sempat dihebohkan dengan PMK. Kemudian, pada 1986 penyakit itu bisa ditangani. Pada 1990 Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (OIE) mengakui Indonesia sudah terbebas dari PMK.
Laman Berikutnya: 1 2
Facebook
Twitter
Instagram
Google+
YouTube
LinkedIn