BANYUMAS – Hadir secara virtual, Ketua Komisi VII yang juga Anggota DPR / MPR RI dari Fraksi NasDem, Sugeng Suparwoto, paparkan empat konsensus dasar kebangsaan atau 4 pilar yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.
Dengan tetap menerapkan protokoler kesehatan, sosialisasi 4 pilar kebangsaan tersebut digelar Rumah makan sari rasa Desa Bangsa kecamatan Kebasen, dan diikuti oleh masyarakat Desa Bangsa dan Desa Kaliwedi, pukul 14.00 hingga 16.00 Senin (8/2) kemarin.
Sampaikan empat konsensus dasar kebangsaan secara sistematis, Sugeng Suparwoto juga menafsirkan 5 sila didalam Pancasila yang ia tekankan untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijakan dan permusyawaratan perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.Kelima sila ini kita harus implementasikan dalam praktek kekinian,” ujarnya.
Selain itu, Ia juga banyak menyampaikan menyampaikan klarifikasi dan penjelasan tentang kerja keras pemerintah dalam menangani covid 19, mulai dari kebijakan pemerintah dalam menangani covid 19, penerapan new normal, uapaya penyiapan dana untuk vaksin. Kemudian upaya untuk pengendalian covid diberbagai wilayah.
Mendengarkan aspirasi dari petani seniman, pengusaha kecil, dan dari pemerintahan desa. Dari seluruh aspirasi tersebut, Ia respon secara langsung dan secara pribadi menjanjikan bantuan berupa program pemberdayaan ekonomi di Desa Bangsa Kecamatan Kebasen.
Sementara itu, Priyanto S. Pd I M. Pd I, sebagai narasumber kedua dalam kegiatan sosialidasi 4 pilar itu, selain memaparkan empat konsensus dasar kebangsaan juga menyampaikan 3 tantangan besar yang dihadapi bangsa saat ini.
“Tiga tantangan besar, yang pertama ialah kemandirian ekonomi, dengan mengutamakan komsumsi produk dalam negeri, tentunya disaat yang sama pemerintah juga harus meningkatkan produk-produk dalam negeri, produk-produk kebutuhan komsumsi sampai produk bernilai tinggi untuk meningkatkan daya saing negara,” katanya.
Yang kedua, tantangan tentang hoaks.
“Ini menjadi persoalan besar dimasyarakat kita, karena tidak memiliki pengetahuan dan etika yang memadai dalam bermedia sosial. Oleh karena itu harus hati-hati menforward atau menyebarluaskan berita-berita yang tidak jelas sumbernya,” tambahnya.
Kemudian yang ketiga, ialah menjadikan nilai-nilai agama dan nilai-nilai sosial atau kearifan lokal sebagai berkat dan bukan sebagai alat untuk berbeda dan memecah belah. (win)
Facebook
Twitter
Instagram
Google+
YouTube
LinkedIn