BANJARNEGARA-Taman kota yang berada tepat bersebelahan dengan Gedung DPRD Banjarnegara dalam kondisi tidak terawat. Selain kotor, sejumlah fasilitas juga terlihat rusak.
Diantaranya, wastafel yang tidak dapat diunakan lagi karena kran air yang sudah tidak ada, sebagian toilet rusak dan kotor, kolam hias yang beralihfungsi menjadi tempat sampah, serta kebersihan dan tanaman yang kurang dijaga dan dirawat dengan baik.
Fasilitas utama bagi pengunjung seperti kusi dan meja taman berikut gazebo juga banyak yang sudah tidak layak untuk digunakan. Selain hal itu menyebabkan tidak enak dipandang mata, adanya kolam yang cukup dalam yang tidak berpagar juga cukup berbahaya. Pasalnya, taman yang sekaligus difungsikan sebagai salah satu taman kuliner itu juga sering digunakan oleh anak-anak untuk bermain.
KUMUH : Kondisi Taman Kota dan juga tempat kuliner yang menempati eks terminal lama tampak kotor dan tak terawat. (HERU SUGENG/RADARMAS)
Pedagang soto di Taman tersebut, Subiantoro menyebutkan, kondisi itu telah terjadi sejak lama. Bahkan semenjak ia menempati kiosnya empat tahun silam. “Kotor sekali dulunya,” katanya.
Selain sampah yang berserakan, rumput taman tersebut juga tinggi-tinggi hampir separuh tinggi orang dewasa. Saat itu, tidak ditemui olehnya ada orang atau anak-anak yang mau bermain atau hanya sekedar santai disana.
Melihat hal itu, Subiantoro berinisiatif untuk membersihkanya secara mandiri. Secara rutin, dahulunya ia membayar jasa orang lain untuk mengerjakanya. Padahal, lanjut Toro, ia rutin membayar uang retribusi sebesar Rp 2.000 setiap harinya. Besaran itu diluar iuran paguyuban yang dibayarkanya tiap bulan sebanyak Rp 30 ribu. Namun ia tak tahu untuk apa penggunaan dari semua iuran yang telah ia bayarkan. “Untuk saat ini sudah mending, ada yang membersihkan,” katanya.
Selaku stakeholder pembinaan pedagang di lingkungan taman kota, Haryanto Agus mengakui, selama ini belum ada kepastian atas pengelolaan taman eks terminal lama itu. “Benar itu di bawah tanggungjawab kami. Tapi selama ini belum ada kepastian tentang pengelolaan gedungnya. Baik itu tentang kebersihan hingga penarikan retribusi,” ungkapnya.
Dijelaskanya, Taman Kuliner itu dibangun dengan APBD Provinsi. Sedangkan Pusat Kuliner yang menjadi bagian RTH dibangun dengan dana dari Kementerian Perdagangan pada 2010 lalu. Pembangunan yang bersumber anggaran dari pusat itulah yang dijadikan alasan pihaknya, Disperindagkop dan UMKM Banjarnegara tidak boleh campur tangan dalam urusan pengelolaan, sebelum dilakukan hibah dari Pusat ke Pemerintah Daerah Banjarnegara.
Namun, sebenarnya alasan tersebut sudah tidak dapat digunakanya saat ini. Sebab, seluruh fasilitas taman kota telah dihibahkan pada tahun 2016 kepada Pemerintah Banjarnegara. Untuk itu, Agus menyatakan, dirinya sebagai Kepala Bidang Perdagangan Banjarnegara, akan segera menjalin komunikasi dengan sejumlah dinas atau pihak terkait untuk menindak lanjutinya. “Akan kami segera ajukan revitalisasi dan perawatan,” ujar dia menegaskan.(her)
Facebook
Twitter
Instagram
Google+
YouTube
LinkedIn