JAKARTA – Pemerintah tengah mempersiapkan pelaksanaan vaksinasi booster atau vaksinasi dosis ketiga di Tahun 2022. Upaya yang tengah dilakukan ialah penyesuaian dasar hukum yang memperkuat program vaksinasi.
Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (POM) pun tengah memproses Emergency Use of Authorization (EUA) dari vaksin Pfizer, Sinovac dan Astrazeneca.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan, selain menggunakan vaksin buatan luar negeri, Pemerintah juga membuka peluang menggunakan vaksin Merah Putih sebagai kandidat vaksin booster. Vaksin Merah Putih merupakan karya anak bangsa yang ditargetkan sebagai vaksin booster.
“Selain itu vaksin Merah Putih dengan berbagai platform dan asal instansi juga sedang dipersiapkan untuk digunakan sebagai vaksin booster,” kata Wiku dalam keterangannya, Rabu (22/12).
Disamping itu, Wiku mengingatkan bahwa vaksin memang besar manfaatnya dalam mencegah keparahan gejala, menurunkan risiko perawatan di rumah sakit, menekan kematian hingga menurunkan laju mutasi virus.
Namun, sangat diharapkan masyarakat yang sudah menerima dosis lengkap agar melengkapi perlindungan diri dengan protokol kesehatan yang ketat. Karena, diakui bahwa vaksin tidak dapat mencegah penularan.
“Penularan hanya dapat dicegah dengan disiplin protokol kesehatan dan kebijakan pelaku perjalanan internasional yang ketat dalam mencegah importasi kasus,” ucap Wiku menandaskan.
Sesuai perintah Presiden Joko Widodo, pemerintah menargetkan pemberian vaksin COVID-19 dosis ketiga (booster) kepada masyarakat luas pada Januari 2022.
Vaksinasi booster ini dianggap penting, karena penelitian membuktikan kemampuan netralisasi virus pascainfeksi dan vaksinasi COVID-19 menurun akibat varian Omicron.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menjelaskan, Vaksin Merah Putih atau produksi dalam negeri turut dipertimbangkan sebagai booster sesuai arahan Presiden.
Vaksin Merah Putih yang dimaksud adalah vaksin yang dikembangkan BUMN dengan Baylor Collage, lalu vaksin hasil kerja sama Universitas Airlangga (Unair) dengan Biotis Pharmaceutical, Kalbe Farma dengan Genexine, dan Vaksin Nusantara.
Keputusan pemerintah memasukan Vaksin Nusantara alias Vaknus sebagai salah satu vaksin booster tentu disambut gembira masyarakat. Pasalnya, vaksin yang digagas mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, ini telah cukup lama diperbincangkan dan menjaid perhatian publik.
Pendiri Beranda Ruang Diskusi, Dar Edi Yoga mengatakan, akhirnya vaksin Nusantara yang merupakan hasil karya anak bangsa sebagai salah satu booster bagi masyarakat Indonesia.
“Terima kasih Bapak Presiden Jokowi. Semoga izin edar Vaknus segera diterbitkan setelah uji klinis tahap 3 tuntas,” ujarnya.
Edi juga menuturkan, kehadiran Vaknus tentu dapat menjadi salah satu pemasukan devisa bagi negara jika Vaknus dipesan oleh dunia internasional.
“Apalagi dia mampu melawan berbagai varian COVID-19 dan cukup satu kali disuntikkan untuk seumur hidup,” jelasnya.
Menurut Yoga, saat ini Singapura juga tengah melakukan penelitian menggunakan sistim sel dendritik seperti yang dilakukan dr. Terawan pada Vaknus.
“Kita sudah melakukan tahapan uji klinis, sementara negara tetangga baru mulai melakukan penelitian seperti yang dilakukan oleh Linfa Wang, ahli virologi, yang bekerja di Duke-NUS Medical School, kolaborasi antara Duke dan National University of Singapore,” jelas Yoga.
Kegembiraan menyambut Vaknus juga datang daerah-daerah, seperti yang disampaikan tokoh agama asal Tanjungpinang Barat, Kepulauan Riau.
Sementara itu Peneliti Utama Tim Vaksin Nusantara, Kolonel CKM dr Jonny SpPD-KGH, MKes, MM menjelaskan, seseorang yang sudah menerima vaksin konvensional dosis lengkap bisa menerima Vaknus.
“Itu jauh lebih bagus karena vaksin yang diberikan oleh vaksin konvensional untuk menimbulkan imunitas antibodi. Sedangkan Vaksin Nusantara yang kami berikan bertujuan menimbulkan imunitas seluler,” katanya.
Hingga saat ini, penelitian membuktikan Vaknus memiliki tingkat efikasi 97 persen selama sekitar 7 bulan usai uji klinis tahap 2. Ini berarti jauh di atas vaksin konvesional yang memiliki efikasi di bawah 30 persen.
Target WHO
Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyampaikan vaksinasi Covid-19 di Indonesia sudah berhasil melewati target Badan Kesehatan Dunia (WHO). Meskipun begitu, kegiatan vaksinasi Covid-19 tetap terus digencarkan. Khususnya di sejumlah provinsi yang tingkat vaksinasinya masih belum tinggi.
Keterangan tersebut dia sampaikan di sela kunjungan kerja di Provinsi Lampung. Ma’ruf berada di Provinsi Lampung selama tiga hari (22-24/12). Dia menyampaikan saat ini vaksinasi Covid-19 dosis pertama sudah mencapai 70 persen lebih dari target. Sedangkan untuk vaksinasi Covid-19 dosis kedua baru 51 persen.
“Artinya itu, sebenarnya kalau targetnya WHO sudah terlampaui,” kata Ma’ruf. Dia menjelaskan target WHO adalah 40 persen. Pemerintah tetap ingin meningkatkan vaksinasi karena berupaya melampaui target WHO.
“Jadi walaupun sudah melampaui target WHO tetapi kita ingin sesuai (target) kita bahwa ini memang kita ingin percepat lagi,” terangnya. Terutama di daerah-daerah aglomerasi, seperti Jakarta Raya, Solo Raya, serta Bandung Raya. Target percepatan vaksin berikutnya untuk daerah-daerah yang masih kecil tingkat vaksinasinya.
Saat ini masih ada 10 provinsi dengan tingkat vaksinasi yang belum tinggi. Untuk mempercepat vaksinasi ini, pemerintah mengerahkan banyak personel. Mulaindari TNI, Polri, kemudian BKKBN, serta lembaga swasta. Lalu melibatkan perguruan tinggi serta lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Ma’ruf juga menyampaikan saat ini bangsa Indonesia patut bersyukur. Sebab kasus Covid-19 di Indonesia saat ini sudah landai. Bahkan penanganan Covid-19 di Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Padahal Indonesia daerahnya sangat luas. Jumlah penduduk besar dan banyak pulau.
“Mungkin ini pertolongan Allah,” katanya. (jpc)
Facebook
Twitter
Instagram
Google+
YouTube
LinkedIn